Albian Shareel Salvatori; Ngeri-ngeri Sedap!


IJL.Com- Hujan badai serangan Salfas Soccer memaksa kiper Giras Soccer School, Albian Shareel Salvatori lebih banyak mengelus dada. Namun tekad sudah terlanjur bulat, seiring sejalan trauma itu hilang begitu peluit panjang dibunyikan.

Sejarah itu tergores juga di atas rumput hijau. Tim kuda hitam asal Jakarta Utara, Giras Soccer School berhasil lolos ke partai puncak IJL U-11 setelah di laga Semifinal Champions mampu menyudahi perlawanan Salfas Soccer dengan skor tipis 1-0.

Satu-satunya gol yang tercipta lahir dari kaki jenderal lapangan tengah Giras, Muhammad Ridwan. Melalui sepakan tendangan bebas hampir dari setengah lapangan, One sapaan akrabnya membuat jala gawang Salfas bergetar.

Meski demikian kurang afdol rasanya jika melupakan peran kiper Giras, Albian Shareel Salvatori di bawah mistar gawang. Sosok yang berhasil mencuri panggung, begitu heroiknya menahan badai ombak serangan Salfas.

Di atas lapangan, Giras memang terpaksa bermain bertahan, ya bisa dibilang pragmatis. Hanya bermodal 12 pemain, Si Pitung Cilik bahkan terpaksa menurunkan tujuh penggawanya saat babak supersub guna mematuhi aturan regulasi.

Tak ayal, hal tersebut sempat dimanfaatkan Salfas untuk menggempur habis-habisan benteng pertahanan Giras. Segala daya upaya dikerahkan, namun selalu mentok di tangan-tangan cekatan Albian.

Salah satu yang paling krusial tentu ada saat Albian menepis tendangan melengkung ke arah sudut tiang jauh dari Rakha Lubis dengan sentuhan satu tangannya. Fenomenal, mengingatkan banyak orang dengan aksi-aksi heroik penjaga gawang kenamaan layaknya David de Gea.

"Ngeri," ucap Albian saat menggambarkan dahsyatnya badai serangan Salfas.

"Jujur, sebelum pertandingan dimulai saya trauma setiap mendengar nama Salfas," tambah Albian.

Salfas bisa dibilang memang sudah punya "tempat tersendiri" di hati Albian. Penjaga gawang yang mengidolakan Gianluigi Buffon itu masih ingat betul Rakha Lubis dan kawan-kawan pernah membuat dirinya tiga kali memungut bola dari gawang di babak penyisihan grup.

"Saya sempat bikin blunder saat Giras dikalahkan Salfas di babak penyisihan grup, saya masih ingat saat itu gol kedua, bola lepas dari tangkapan padahal tendangan pemain Salfas tidak terlalu keras," ungkap Albian.


"Rasa menyesal sampai keesokan harinya, mau ngapa-ngapain malas," sambung Albian seraya tersenyum.

Namun Albian paham, sepak bola bukan arena untuk orang-orang yang mudah patah arang. Dukungan pelatih dan rekan-rekan setimnya di Giras jadi "doping" untuk bergegas move on.

Trauma itu hilang, rumput hijau Lapangan Nirwana Park Sawangan jadi saksi bisu. Albian menutup laga emosional dengan wajah semringah meski kakinya meninggalkan sedikit memar buah jatuh-bangun mengawal gawang Giras.

"Dalam pikiran saya jangan sampai adu penalti. Kami beruntung akhirnya bisa mencetak gol lewat tendangan bebas," ujar Albian.

"Tidak pernah ada target sebenarnya bisa bawa Giras sampai ke babak final, merasakan babak fase champions 16 Besar saja bangganya sudah luar biasa," tandas Albian.

  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa