Bajul Ijo di Dada Surya Bakti Cilegon yang Kental Aroma Sejarah




IJL.Com- Logo bergambar dua buaya di dada adalah identitas Surya Bakti Cilegon. Terinspirasi dari Persebaya Surabaya, begitu kental aroma sejarah.

Berlaga di kompetisi Indonesia Junior League (IJL) musim 2020 dengan status debutan, Surya Bakti Cilegon tanpa ragu langsung menurunkan tim di dua kategori (U-9 dan U-13). Dari hasil screening pemain, total ada 33 nama yang siap membawa nama harum Kota Baja.

Jauh-jauh dari Cilegon, Surya Bakti tentunya ogah untuk sekadar numpang lewat. Memang, kemenangan bukanlah harga mati di level kompetisi usia dini, namun selayaknya pasukan di medan laga, ada sisa-sisa perjuangan yang kudu dibawa pulang entah itu manis ataupun pahit hasilnya.

Daya juang itu sebenarnya sudah tergambar dalam wajah anak-anak Surya Bakti. Ambil contoh, logo dua buaya yang tertanam dalam dada mereka lewat balutan jersey kebanggaan. 

Identitas buaya ala Surya Bakti bukannya tanpa alasan yang kuat. Semua berawal dari rasa kadung cinta sang pendiri, R Adi Tjahyono Hamzah Putra pada klub legendaris sepak bola Indonesia, Persebaya Surabaya.

Logo Persebaya dan Surya Bakti memang bak pinang dibelah dua. Kalau mau dibilang gahar, ya memang sudah jelas begitu gahar. Wani ya jelas wani!

Namun siapa sangka, logo bukan sembarang logo. Ya, ada goresan tinta sejarah tertuang di dalamnya.

"Saya besar di Jawa Timur terutama di Surabaya juga Jember. Kemudian kerja di Krakatau Steel Cilegon dan sudah pensiun beberapa tahun lalu," ungkap Adi seraya membuka sesi wawancara dengan nada yang begitu ramah.



"Kebetulan bapakku dulu kiper Persebaya, namanya R.A. Hamzah, saat Bajul Ijo pertama kali menjuarai Liga Indonesia era Perserikatan 1941. Saat itu juga bapak penjaga gawang pelapis Raden Maladi di Timnas Indonesia. Ya, angkatannya Ramang, Tee San Liong, Ramlan," tambah pria kelahiran Surabaya, 27 Februari 1963 tersebut.

"Ayah banyak cerita sering ke luar negeri main sepak bola dari Jerman Timur, Polandia juga Russia (waktu itu masih bernama Uni Soviet)," kenang Adi.



Adi masih ingat betul saat sang ayah melatih di Assyabaab Surabaya, nama-nama pesepak bola legendaris Tanah Air di Kota Pahlawan. Salah duanya adalah Si Kancil, Abdul Kadir sampai Yacup Sihasaleh.

Sedikit banyak itu pula yang membuat Adi berani membidani lahirnya Surya Bakti. Dari sebuah gang, mimpi itu ia jemput.

Betul, dari sebuah gang "termasyhur" di Kota Cilegon, nurani Adi terpanggil. Mimpi tidak ia rawat sendiri namun juga diteruskan pada dua putranya, Amas Muda Putra Aditya dan Muhammad Ilham Putra Aditya yang kini berperan sebagai pelatih.

"Saya bikin SSB ini awalnya melihat kok' banyak ya anak-anak mau ikut latihan bola tapi bayarnya mahal untuk biaya pendaftaran, apalagi di taraf ekonomi tidak mampu. Saya ada sedikit ilmu, ya saya latih mereka dengan gratis. Terbukti, banyak potensi tersembunyi, luar biasa dahsyatnya," ucap Adi.





"Bicara pemilihan nama. Sebenarnya surya itu saya ibaratkan sinar, gang Bakti Sumampir itu gudangnya pemain berbakat Cilegon dari dulu sampai sekarang dan saya harap terus berlanjut," tandas Adi.





Sejauh ini, persiapan Surya Bakti menatap kick-off IJL 2020 sudah mencapai taraf 100 persen meski gelaran kompetisi terpaksa diundur dengan alasan force majeure perihal pandemi Covid-19. Program latihan di rumah tetap bergulir, awal tahun ini bahkan mereka sempat menggela sesi coaching clinic yang secara khusus mengundang jajaran pelatih Timnas Indonesia U-16 mulai dari Bima Sakti, Indriyanto Nugroho dan Markus Horison.





  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa