Cahaya dari Timur Blak-blakan Soal Gelar Pemain Terbaik




IJL.Com- Bulu kuduk Muhammad Rafly Ikram Selang tiba-tiba berdiri saat namanya didapuk untuk naik panggung dengan label pemain terbaik IJL U-13 musim 2018/2019. Dari Ternate untuk Indonesia.

Tidak ada kata yang tepat selain flamboyan untuk menggambarkan persona Muhammad Rafly Ikram Selang. Jenderal lapangan, dinamo serangan, ruh permainan Cipta Cendikia FA. Menari-nari, seperti ada sepasang bola mata pada kedua kaki Selang. 

Meski kiprah Cipta Cendikia terhenti di babak perempatfinal usai dikandaskan M'Private Soccer School lewat drama adu penalti, kapasitas Selang sebagai pemain jempolan memang tidak bisa terbantahkan. Semua bisa terhipnotis lewat aksinya mengolah si kulit bundar, dari kawan maupun lawan.

Selang layak dapat bintang. Panggilan untuk memperkuat skuat IJL All Stars Grup Sensation sampai ke telinganya. Cahaya dari Timur harum mewangi di atas gelaran rumput hijau.

"Senang rasanya bisa pakai jersey IJL All Stars, bangga rasanya bisa ada di tengah-tengah pemain-pemain hebat. Di lapangan 2x35 menit serasa masih kurang," ujar Selang.



"Semua pemain baik dari All Stars Sensation dan Phenomenon, saya bangga bisa bermain dan kenal dengan mereka," tambah Selang lagi.





Tidak hanya sampai di panggilan skuat IJL All Stars, ganjaran manis kembali didapatkan Selang. Gelar pemain terbaik jatuh di pelukannya, sang flamboyan menginjak podium kehormatan.

Bulu kuduk berdiri bercampur senyum semringah terekam dalam bingkai wajahnya. Selang serasa terbang sampai langit ke tujuh.

"Saya kaget tadi tiba-tiba disuruh untuk pakai jersey Cipta Cendikia dan sepatu lengkap karena sudah mau siap-siap pulang, saya kira masih ada pertandingan lagi," ujar Selang.



"Di awal kompetisi, saya sama sekali tidak pernah terpikirkan soal gelar pemain terbaik, yang saya ingin hanya bermain sepak bola, bisa sumbang kontribusi bagus untuk Cipta Cendikia dan tambah banyak teman," tutur Selang lagi masih dengan wajah terheran-heran.



Selang sendiri ingin mempersembahkan trofi pemain terbaik IJL U-13 untuk rekan-rekannya di Sekolah Cipta Cendikia. Baginya, keluarga adalah segala-galanya.

"Sudah tiga tahun di asrama Cipta Cendikia, trofi ini untuk teman-teman satu tim, di kelas dan juga guru sampai pengurus yayasan. Tanpa mereka semua, saya tidak bisa berdiri di sini sekarang," ujar Selang.


"Bagi saya Cipta Cendikia adalah keluarga kedua, terkadang kangen sama orangtua di Ternate, tapi terbantu karena kebersamaan di asrama," tambah Selang.



Proses panjag memang tengah ditapaki Selang guna menggenapkan mimpinya menjadi pesepak bola profesional. Ribuan kilo ditempuh, jarak bentang pulau diseberangi, malarindu disimpan rapat-rapat.

Naif memang kalau Selang bilang tidak kangen kampung halaman. Pasalnya ia memang hanya bisa pulang ke Ternate satu tahun sekali dan  terjadi hanya momen libur lebaran.

Juli lalu bahkan Selang rela memangkas waktu liburannya lebih cepat guna persiapan menatap fase knock-out IJL U-13. Selang begitu menyadari kalau barangsiapa ingin mutiara memang harus berani terjun di lautan yang dalam.

"Dulu awal sampai di Cipta Cendikia saya minder sekali, logat Ambon masih kental, mau ajak ngobrol teman malu-malu, takut salah ngomong. Jadinya sempat dikira saya ini anaknya pendiam," ujar Selang tak kuasa menahan tawa.



"Tapi ya karena kebersamaan di asrama itu lama-lama bisa beradaptasi, tidak hanya ngobrol biasa sekarang malah sampai ada yang jadi teman curhat salah satunya Raja Aybeun. Sekali lagi trofi ini saya persembahkan untuk keluarga Cipta Cendikia," pungkas Selang yang juga mengaku termotivasi untuk berseragam IJL Elite.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa