Cerita Unik di Balik Nama Archito Oscar Milano




IJL.Com- Jauh sebelumnya, tidak pernah terbersit sama sekali dalam pikiran Agus Suyanto untuk memberi nama putra sulungnya, Archito Oscar Milano. Doa itu kini seiring sejalan.

Jika mendengar nama Archito Oscar Milano, praktis akan banyak orang menduga orangtua  penggawa Alba FC U-11 itu adalah penggemar salah satu klub dari kota Mode Italia, AC Milan atau Inter Milan. Pasalnya di IJL U-13, ada juga nama Romeo Fedta Milano (M'Private Soccer School) yang notabene ayahnya adalah fans berat I Rossoneri, julukan AC Milan.

Faktanya hal tersebut 100 persen tidak akurat. Beda dengan Romeo, tak ada "darah sepak bola" setetes pun mengalir dalam denyut nadi Archito Oscar Milano.

Milano lahir 7 Oktober 2008. Agus Suyanto nama ayahnya, seorang arsitektur yang memang doyan plesiran untuk sekadar mencari inspirasi di balik kesibukannya sebagai seorang owner PT Archimitra, perusahaan yang bergerak di bidang konsultan arsitek dan kontraktor.

"Saya kebetulan pebisnis di bidang arsitek, memang suka melancong cari inspirasi desain bangunan, pas main di kota Milan memang hanya tertarik dengan gaya arsitekturnya saja," ujar Agus.



"Milano lahir setelah saya pulang dari kota Milan. Soal nama tersebut tidak pernah sama sekali kepikiran dengan aroma sepak bola sebenarnya," tutur jebolan Universitas Mercu Buana itu.



Meski demikian pepatah yang menyebut nama adalah doa memang benar adanya, Agus yang tadinya tidak betah berlama-lama duduk menonton pertandingan sepak bola kini rela tenggelam dalam atmosfer magis si kulit bundar. Siapa aktor utama di balik itu semua? Ya jelas sang buah hati, Milano.

"Nama Milano bukan muncul dari perdebatan orangtua. Saya kasih nama Archito artinya anak arsitek, ibunya menambahkan kata Oscar berharap dalam hal apapun bisa meraih juara. Nah kami gabung semua itu dengan nama belakang Milano dari asal nama kota Milan. Jadilah Archito Oscar Milano," ujar Agus.



"Saya justru bukan pecinta bola, tidak pernah nonton sama sekali. Dunia saya desain arsitektur. Saya selalu pergi main keluar negeri untuk cari inspirasi, tidak pernah kepikiran soal bola, jangankan nonton di stadion, di TV saja ogah. Justru mau nonton bola gegara Milano itu, sejak TK saya sering anterkan dia main bawa nama sekolahnya," ujar pria berusia 45 tahun itu.



Milano sendiri adalah seorang anak tunggal. Manja di rumah itu pasti, namun saat sudah naik ke atas panggung rumput hijau, label tersebut ia lepaskan.

Torehan yang dibukukan Milano pada laga pekan kelima IJL U-11 lalu jadi buktinya. Dua gol yang ia torehkan ke gawang Garec's sukses membuat ayahnya terbius.

"Nama Milano yang menjadikan karakter Milano seperti sekarang. Dari kegiatan sekolah justru yang menonjol adalah bola. Milano jadi tim inti sekolah Alba Kembangan 8 Jakarta Barat," ujar Agus.



"Alhamdulillah bangga sekali bisa melihat dengan mata kepala sendiri Milano bikin gol, pas kebetulan saya rekam lagi. Pecah deh teriak dari tepi lapangan," tandas Agus tak kuasa menahan senyum tawa.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa