Dedikasi Pendiri Garec's Buat Fakhri Rasyid Merinding




IJL.Com- Meski sudah tiada, nama Sariman selalu ada dalam dada skuat SSB Garec's. Dedikasi sang pendiri buat pelatih muda seperti Fakhri Rasyid merinding.

Bagi publik sepak bola Jakarta Barat, Sariman bisa disebut sebagai sosok cukup legendaris. Bagaimana tidak, mendirikan Garec's sejak 1978 jatuh bangun pahit manis asam garam sudah ia rasakan berulang-ulang. Faktor ekonomi tidak jarang menghimpit, usut punya usut Garec's bahkan sempat "mati suri".

Namun api semangat tak pernah padam, Sariman memang dilahirkan sebagai orang bal-balan. Garec's ia beri "nafas buatan" meski tak jarang pikiran sampai materi dikorbankan. Hasilnya, sampai saat ini eksistensi anak-anak Cengkareng masih terus ada. 

Seperti yang diungkapkan oleh pelatih Garec's U-13, Fakhri Rasyid. Dirinya tidak akan pernah lupa sentuhan tangan dingin gurunya tersebut.

"Saya memang dari kecil sudah di Garec's. Dari kelas 2 SD bersama coach Sariman. Beliau yang paling berjasa dalam karir sepak bola saya," terang Fakhri.



Sebagai pelatih, Sariman disebut Fakhri adalah sosok yang mudah dekat dengan anak asuhnya. Seperti lirik dalam sebuah lagu, terlalu indah dilupakan.

"Beliau sangat keras di dalam latihan tapi juga humoris di luar lapangan. Sangat disiplin dalam urusan waktu, itu yang membuat saya bisa seperti ini," ujarnya.

"Dulu saya bandel sekali, paling sering kena semprot sama beliau. Momen-momen itu sulit untuk dilupakan, secara pribadi berharga sekali," tambah Fakhri tersenyun mengenang masa kecilnya.



26 Juni 2013, jadi hari yang paling menyedihkan untuk Fakhri. Ia masih ingat betul derasnya air mata mengiringi kepergian Sariman untuk selama-lamanya. Sayangnya saat itu ia tidak bisa memberikan penghormatan terakhir ke sang mentor.

"Beliau wafat di usia 71 tahun karena sakit. Saat dikabari, saya sedang ada di Surabaya tapi sebelumnya pernah ketemu waktu almarhum dirawat di rumah sakit," cerita Fakhri.

"Tidak sempat hadir ke pemakaman coach Sariman. Terpukul sekali saat itu, dia seperti ayah saya di dunia sepak bola," sambung fans Liverpool dan Persipura Jayapura itu.



Dedikasi. Begitu kata yang terlintas dalam benak Fakhri setiap mengingat nama Sariman. Bukan hanya soal sepak bola tetapi juga menyelamatkan masa depan generasi muda Cengkareng. 

Saat melahirkan Garec's, Sariman memang punya sebuah misi sosial. Ya, saat itu ia tidak ingin anak-anak di sekitaran Jakarta Barat khususnya Cengkareng jatuh dalam pusaran arus negatif seperti narkoba sampai minum-minuman keras.

"Dedikasinya begitu besar. Dengan jalan sepak bola ia menyelamatkan anak-anak Cengkareng dari hal negatif seperti pergaulan keras hingga mengakibatkan tawuran atau sampai narkoba," ujarnya.

"Sebenarnya di daerah lain pun saya rasa sama, dengan olahraga sepak bola setidaknya anak-anak muda punya kegiatan lebih positif. Dari situlah coach Sariman melahirkan Garec's. Kasarnya, tidak sembarangan nongkrong," tutur Fakhri lagi.



Tiga tahun meneruskan jejak Sariman, Fakhri mengaku tidak pernah menyesal. Padahal usianya saat ini masih terbilang sangat muda yakni 24 tahun.

Tapi Fakhri meyakini suara hati tidak pernah berbohong. Pernah merantau sampai ke Pulau Madura, namun ketika Stadion Cenderawasih kembali memanggil maka tidak ada alasan dirinya lupa jalan pulang. Bisa jadi ia meyakini Garec's tidak hanya sekadar SSB namun juga "warisan" yang harus dijaga.

"Usia 15 tahun saya pernah main di Perseba Bangkalan Madura. Melanjutkan SMA kemudian masuk kuliah di Universitas Negeri Jakarta," ucapnya.

"Setelah coach Sariman tiada, saya dipanggil untuk bantu-bantu di Garec's. Kebetulan saya punya riwayat cedera lutut cukup berat hingga memutuskan untuk gantung sepatu saja dan fokus di dunia kepelatihan. Sekarang masih lisensi D Nasional," tandas Fakhri.







  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa