Ferry Perkantara: Bukan Sulap Bukan Sihir dari Aji Santoso hingga Johan Cruyff




IJL.Com- Baru tiga pekan menahkodai D'Joe United U-11 jadi PR tersendiri untuk Ferry Perkantara. Tanamkan filosofi sepak bola menghibur bukan bermodal bimsalabim.

D'Joe United berhasil menyegel tiket fase Champions 16 Besar Indonesia Junior League U-11. Melakoni dua partai terakhir di babak penyisihan grup pada Minggu (11/4), torehan poin sempurna dikantongi usai menyudahi perlawanan SSJ Kota Bogor (3-1) dan Giras Soccer School (3-0).

Hasil itu mengerek posisi D'Joe ke rangking ketujuh tabel klasemen akhir Grup A Phenomenon. Total ada 40 poin dikantongi Raditya Gemal dan kawan-kawan sebagai modal melangkah ke babak bergengsi.

Menariknya memang, walau diterpa dinamika pergantian pelatih tidak lantas membuat gairah tim yang bermarkas di Lebak Bulus, Jakarta Selatan itu surut. Justru ada aroma baru ingin dihembuskan perlahan-lahan.

"Ya terhitung baru tiga pekan membesut D'Joe U-11. Sebelumnya saya ingin ucapkan terima kasih untuk IJL yang sudah memberikan kesempatan kali kedua menikmati atmosfer kompetisi," ujar sang pelatih anyar, Ferry Perkantara.



"Ada cara dan gaya bermain yang sedang saya ubah di D'Joe, sekarang lebih menyerang tetapi tentu tidak melupakan sisi pertahanan. Intinya lebih kolektif serta dinamis, menekankan penguasaan bola untuk kemudian pelan-pelan memburu gol," tutur Ferry.





Terbukti, dari enam laga terakhir tercatat ada 10 gol dibukukan. Sempat dibekuk FIFA Farmel dengan skor 1-3 namun bicara agresivitas serangan terlihat jelas bisa mengimbangi tim lawan.

Seperti ada sebuah sinyal kalau Ferry ingin menanamkan filosofi sepak bola menghibur dalam DNA anak-anak D'Joe. Wajar saja ada arah ke sana jika melihat barisan pelatih panutan yang ia punya.

"Kalau dari lokal, saya mengidolakan visi dan misi pelatih Persebaya Surabaya, Aji Santoso. Enak dilihat gaya permainan tim yang ia arsiteki," tegas Ferry.

"Level dunia? Jelas ada mendiang Johan Cruyff. Metode kepelatihannya sangat luar biasa, layak untuk dicontoh bahkan sampai sekarang. Bisa dilihat di eranya bagaimana Ajax Amsterdam dan Timnas Belanda mengenalkan sepak bola adalah alat untuk menghibur, pemain terhibur begitu juga dengan penonton yang menikmatinya," ungkap Ferry.



Sentuhan tangan dingin Ferry yang sudah malang melintang dalam kancah pembinaan sepak bola usia dini bisa jadi akan bertuah untuk D'Joe. Mengulang jejak manis lolos ke partai puncak seperti musim lalu jelas bukan 'hil yang mustahal'.

Yang pasti, bukan sulap dan bukan sihir. Ferry sendiri bukan tipe pelatih yang hanya bermodal ucap bimsalabim.

"Dari semua tim yang pernah saya tangani, elemennya sama yaitu kedisplinan, tanggung jawab dan komitmen. Secara pribadi, saya selalu mengganggap diri ini masih belajar. Jadi apa yang saya lakukan bersama-sama anak-anak D'Joe saat ini bisa dibilang sedang sama-sama belajar," tutur Ferry yang pernah mengarsiteki Young Warrior FA di kancah IJL U-9 musim ini.




"Namun tentunya sebagai pelatih saya harus lebih cepat beradaptasi agar bisa terkoneksi menemukan kekurangan masing-masing individu pemain untuk kemudian memaksimalkan serta mengembangkan kelebihannya. Ya tak kenal maka tak sayang istilahnya. Sepak bola bukan sulap. Ada namanya proses, butuh namanya waktu," tandas Ferry.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa