Gandeng IJL, PSSI Jemput Suara Akar Rumput


IJL.Com- Langkah PSSI "turun ke bawah" diapresiasi betul oleh operator kompetisi sepak bola usia dini, Indonesia Junior League. Buka mata, melek ilmu, jemput suara akar rumput.

Filanesia on The Road yang dikampanyekan oleh PSSI resmi digelar pada Jum'at (18/10). 38 pelatih yang tergabung dalam wadah kompetisi Indonesia Junior League (IJL) jadi gerbang pembuka.

Kampanye "jemput bola" terus digalakkan PSSI guna membumikan Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia) kepada pelatih-pelatih lokal di seluruh penjuru Tanah Air. Dengan tajuk Filanesia on The Road, program unggulan federasi selama dua tahun terakhir yang digawangi oleh Danurwindo tersebut dalam waktu dekat akan menyasar lima kota yakni Jakarta, Padang, Banjarmasin, lalu Kupang sampai Tulehu.

Di Jakarta, Filanesia on The Road dipusatkan di National Youth Training Center PSSI, Sawangan selama tiga hari berturut-turut dari Jum'at (18/10) sampai Minggu (20/10). Total 38 pelatih sepak bola usia dini yang tergabung dalam wadah kompetisi IJL ikut ambil bagian. Tidak ketinggalan total 150 anak-anak SSB ikut menyemarakkan suasana sebagai alat peraga di bawah arahan Danurwindo, Marwal Iskandar, Hariansyah dan sempat dihadiri pula oleh Sutan Harhara.

"Ini artinya federasi mulai dan berani untuk lebih turun ke bawah, tentunya itu nilai besar yang harus pertama kali mendapat apresiasi. IJL sendiri merasa terhormat bisa ikut berkolaborasi, bahwasannya suara pelatih akar rumput memang harus didengarkan untuk kemajuan sepak bola kita bersama," ujar CEO IJL, Rezza Mahaputra Lubis.

"Saya amati saat di ruang kelas banyak pelatih yang masih meraba-raba apa itu Filanesia. Intinya sepak bola memang terus berkembang, ilmu yang didapat harus semakin diperbaharui," tambah Rezza.


Pernyataan Rezza diamini oleh instruktur kepelatihan sekaligus duta PSSI untuk sepak bola usia dini, Marwal Iskandar. Bahkan menurut pria asal Palopo, Sulawesi Selatan tersebut, tiga hari menguras "isi otak" Filanesia terasa masih kurang.

"Bukan hal yang mudah untuk mengkoordinir pelatih level grassroot untuk berkumpul, sharring dalam satu wadah dan forum tapi IJL bisa menjawab kolaborasi PSSI. Sepak bola itu terus berkembang, tukar ilmu saling tukar pendapat adalah kewajiban bagi setiap pelatih. Saya berharap nanti ke depan IJL bisa kembali membantu untuk jemput bola," tutur Marwal.

Yance Putra, pelatih asal Cipta Cendikia Football Academy yang ikut menghadiri program Filanesia on The Road pun mengapresiasi langkah PSSI menjemput suara akar rumput. Satu yang paling diyakininya, PSSI harus benar-benar serius meracik benang merah sistem pembinaan sepak bola di Tanah Air.

"Saya apresiasi betul bagaimana langkah PSSI turun ke bawah untuk mulai berani menjemput bola. Banyak pelatih akar rumput yang benar-benar haus apa itu Filanesia, artinya suara mereka harus didengar. Perbanyak sesi tanya-jawab untuk tukar diskusi, toh sepak bola itu marwahnya adalah dari tidak bisa menjadi bisa," jelas Yance.

"Filanesia yang saya tangkap adalah cara bermain. Tapi bagaimana agar cara itu bisa berjalan? Saya masih meyakini pisau bedahnya ada di metode piramida Wiel Coerver mulai dari ball mastery, receiving & passing, moves 1 vs 1, speed, finishing dan group attack," tambah pelatih yang terjun di pembinaan sepak bola usia muda sejak 1987 tersebut.


"Perkokoh piramida tersebut, kita berangkat dari titik garis yang sama. Kembali, Filanesia adalah cara bermain, dan cara bermain terbentuk lewat jenjang kompetisi yang bagus dengan tingkat persaingan sehat dan ketat. Artinya semua ada sistem dan benang merahnya. Filanesia itu bagus, paling penting untuk menuntut pelatih lebih banyak update ilmu," sambung Yance.


Pun begitu dengan Resha Rafsanjani, pembesut IJL All Stars U-9 musim 2017. Menurutnya, Filanesia jadi pelecut pelatih-pelatih sepak bola Indonesia untuk lebih melek ilmu.

"Catatan penting adalah never stop learning karena sepak bola selalu berkembang tidak hanya di dalam tetapi juga luar lapangan. Pemain yang hebat lahir dari pelatih yang hebat, kata-kata ini yang paling membuat daya terlecut, update dan refresh," sambung alumnus Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta tersebut.


"Filanesia sebagai sebuah kurikulum. Artinya harus ada landasan ilmu penunjang untuk menggenapkan kurikulum tersebut," tandas Resha.


  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa