Ijang Roby Anwar; Anti Mati Gaya




IJL.ComGaya nyentrik Ijang Roby Anwar berbanding lurus dengan kapasitasnya sebagai pelatih bertangan dingin. Dari Herjunot Ali sampai Jose Mourinho.

Nyentrik. Ya, itu adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan persona pelatih Alba FC, Ijang Roby Anwar. Dari ujung kepala sampai kaki, penampilannya begitu modis bak foto model berlenggak-lenggok di atas catwalk.

Gaya rambut topknot mirip-mirip Pasha Ungu jadi salah satu ciri khas betapa nyentriknya seorang Ijang. Potongan uppercut memang tak bisa lepas dari wajah pria berusia 30 tahun tersebut.

Dari sisi fashion, Ijang boleh diadu. Bawahan celana legging ketat dengan perpaduan celana pendek berbalut sepatu sport membuat ia tak ubahnya anak tongkrongan hip-hop skena breakdance. Bandana ditambah kacamata hitam, mantul (mantap betul)!



Ijang memang sengaja ingin tampil beda. Tiap mendampingi Alba berlaga, pelatih asli Karawang itu begitu "mencolok mata". Jika ada penghargaan pelatih dengan busana hingga gaya rambut terbaik, Ijang jadi salah satu nominator terkuat.



Di laga pekan keempat IJL U-11 Minggu kemarin, Ijang tidak jarang jadi "sasaran" tembak duo komentator pertandingan. Saling balas gurau dihembuskan, cuaca panas terik yang membakar Nirwana Park Sawangan sejenak terlupakan.

Tidak sampai disitu, bukan Ijang namanya jika hanya duduk diam asik di bench mengamati anak-anak asuhnya bermain. Mati gaya? No way!

"Gaya ini memang sengaja saya bentuk, ya biar berbeda saja dibanding pelatih lain. Supaya lebih pede juga, berasa 10 tahun lebih muda," ujar Ijang tak kuasa menahan tawa.





"Sudah biasa, main kemanapun dampingi anak-anak saya dipanggil pelatih nyentrik," tambah Ijang lagi seraya tertawa lebar.



"Kalau patokan style, saya lihat-lihat pesohor atau artis yang sering wara-wiri di TV saja atau anak band. Tapi kalau paling jadi referensi, saya ngefans berat sama Herjunot Ali," sambung Ijang lagi sedikit malu-malu.

u9-230619-alba-football-club-vs-asiop

Faktanya, Ijang memang bukan hanya sekadar tebar gaya. Formula racikannya menangani U-11 begitu ciamik, buktinya barisan anak-anak asuhnya kini merangsek papan atas klasemen meski menyandang status tim debutan di IJL.

Ijang sendiri baru satu tahun bergabung di Alba. Namun untuk urusan dunia kepelatihan level akar rumput, ia sudah 12 tahun memakan asam garam. Ilmunya makin bertambah dimana saat ini juga diberi tugas mengarsiteki Tim Sepak Bola Wanita Karawang di gelaran Piala Menpora.

Tidak heran, Alba ia bawa tampil sangat trengginas dan penuh determinasi tinggi tiap kali menjajal hijaunya rumput pagelaran IJL. Berangkat saat hari masih subuh dari Karawang bukan jadi alasan Taffarel Daviano dan kawan-kawan kehabisan bensin. Terakhir, Giras dan GRT Sitanala jadi saksinya.

Tidak hanya di U-11, tangan dingin Ijang juga bertuah manis untuk skuat U-9. Sejauh ini dari empat pertandingan, ada catatan tiga menang dan satu imbang dibukukan.

"Dari dulu mah memang sudah beda, teman-teman yang lain punya cita-cita jadi pesepak bola saya justru bercita-cita jadi pelatih, sejak SMP itu sebenarnya," ungkap Ijang.



"Pertama kali lihat Jose Mourinho, itu yang membuat saya semakin mantap untuk punya komitmen menjadi pelatih profesional," tandas Ijang.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa