Irfan Juliadi; Pasir Berbisik di Bawah Mistar Gawang Garec's




IJL.Com- Mengupas rentetan aksi fenomenal penjaga gawang Garec's, Farrell Damara kurang afdol rasanya kalau tidak mengenal satu nama dari belakang panggung yakni Irfan Juliadi. Jelang partai final kontra M'Private Soccer School pekan depan, belum waktunya bongkar rahasia.

Fenomena alam pasir berbisik di kawasan puncak Gunung Bromo sampai juga getarannya hingga Nirwana Park Sawangan, Depok. Tepatnya saat gelaran Indonesia Junior League U-13 berlangsung, utamanya ada di bawah mistar gawang kesebelasan asal Cengkareng, Garec's.

Aktor utamanya adalah sang penjaga gawang, Farrell Damara Hasril. Sutradaranya? Tak lain tak bukan yakni sang pelatih kiper, Irfan Juliadi.

Semenjak pagelaran IJL U-13 memasuki babak sistem gugur, Farrel jadi pemain yang paling banyak membetot perhatian. Bagaimana tidak, tiga laga beruntun ia pulang dengan label pahlawan. Algojo tendangan penalti KMJR Cilegon, Salfas Soccer dan terakhir Indonesia Rising Star dipaksanya gigit jari.

Dua kali Farrell menyelamatkan Garec's dari lubang jarum saat bentrok dengan KMJR dan IRS lewat babak tos-tosan. Jumpa Salfas Soccer, momentum tim lawan untuk bangkit melalalui titik 12 pas ia patahkan. Predikat raja adu penalti rasanya tak berlebihan disematkan.

Namun alur cerita manis yang dilukis Farrel tak akan berjalan mulus kalau tanpa ada Irfan di sampingnya. Sosok penting di balik kilau gemilang benteng pertahanan terakhir Garec's.

Layaknya pasir berbisik, Irfan benar-benar menjadi pembisik yang begitu dibutuhkan Farrel di saat-saat genting. Tidak hanya Farrell, salah satu kiper Garec's lainnya yakni Ali Rahman Syah tidak kalah bermain apiknya.

Jangan heran, Garec's jadi salah satu tim yang paling "tertib" menerapkan rotasi kiper. Ya, tak ada istilah zona nyaman di bawah mistar gawang.

"Sebenarnya tidak ada label kiper utama di Garec's, Farrel dan Ali sama-sama saling mengisi. Mereka paham betul jika ingin merebut hati pelatihnya harus dimulai dari konsistensi sejak dari program latihan rutin," ujar Irfan.



"Tapi memang kalau urusan adu penalti, Farrel selalu yang maju duluan. Pengalaman dan jam terbangnya berbicara," sambung Irfan.



Pelatih kiper memang selalu luput dari sorot kilau lampu kamera, sosoknya dianggap ada dan tiada. Meski demikian tanpa sentuhan Richard Harris, mustahil Manchester United era Sir Alex Ferguson dapat berjaya. Pantaslah Peter Schmeichel dan Edwin van Der Sar jadi legenda.

Bukan hanya Richard Harris, di Italia ada nama William Vechi. Pria berusia 64 tahun yang "menelurkan" Gianluigi Buffon dan Nelson Dida. 2016, Carlo Ancelotti sampai membujuknya untuk hijrah ke Real Madrid guna menempa Iker Casillas yang saat itu performanya tengah menurun.

"Ya begitulah menariknya menjadi pelatih kiper, saya rasa tantangannya jauh lebih besar dan menarik. Kami juga dituntut untuk lebih jeli mendalami psikologi dan mood anak asuh, bahasanya harus lebih intim," ujar Irfan.



"Farrel dan Ali, secara postur sebagai seorang kiper mungkin keduanya masih banyak yang meragukan tapi saya selalu beri ia suntikan kalau di sepak bola modern, ukuran badan sekarang tidak terlalu berpengaruh besar. Kuncinya adalah nyali, di Indonesia ada contoh bagus dalam diri Wahyu Tri Nugroho dengan skill loncatan memetik bola sangat luar biasa," terang pria berusia 20 tahun tersebut.





Irfan sendiri adalah orang lama di Garec's, sejak masih duduk di bangku kelas 1 SD, mahasiswa Akademi Olahraga Prestasi Nasional (AKORNAS) itu sudah menimba ilmu di Stadion Cenderawasih. Mimpinya untuk menjadi seorang kiper level profesional sudah dikubur, namun impiannya tidak akan pernah bisa terukur demi adik-adiknya yang kini berseragam Garec's.

"Saya jadi pelatih di Garec's sejak 2016, memang dapat saran dari dosen di AKORNAS agar ilmu-ilmu yang didapatkan selama di kampus langsung diimplementasikan, ya daripada cari yang jauh-jauh lebih baik ke rumah saya sendiri, Garec's," ujar Irfan.



"Hitung-hitung menebus mimpi yang tidak bisa kesampaian, sekarang gantian mengawal impian adik-adik saya," tambah Irfan seraya tersenyum.



Jelang laga partai final IJL U-13 kontra M'Private Soccer School, Irfan dipastikan akan jauh lebih sibuk. Adu penalti lagi? Siapa takut!

"Siap, jikalau pun ada drama adu penalti pun harus siap meski memang agak menyiksa," ujar Irfan tak kuasa menahan tawa.



"Pastinya Farrell akan maju duluan kalau lagi-lagi Garec's berjodoh dengan babak tos-tosan. Ada trik khusus, tapi kurang tepat rasanya kalau diumbar sebelum partai final," tandas Irfan seraya tersenyum lebar.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa