Latif; Dukungan Sang Istri di Balik Pahitnya Intervensi Orangtua Pemain




IJL.Com- Intervensi orangtua pemain dalam kancah pembinaan sepak bola usia dini Indonesia bukan lagi barang baru. Pelatih Serpong Jaya, Latif tidak jarang kena "semprot".

Berawal dari ajakan seorang tetangga dekat, Latif terbilang nekat terjun ke level pembinaan sepak bola usia dini. Padahal faktanya ia saat itu sama sekali tidak punya basic dasar sebagai pelatih sepak bola. Kini, enam tahun sudah dirinya setia bersama SSB Serpong Jaya. 

"Saya sudah enam tahun di Serpong Jaya. Saya memang belajar dari sini," tutur Latif.

"Sebelumnya kerja di pabrik sampai suatu saat ada tetangga namanya Pak Dani Ciko, kebetulan dia pengurus SSB Serpong Jaya menawarkan saya untuk gabung," tambahnya.



Namun kecintaannya pada dunia si kulit bundar mematahkan segala keraguan. Latif meyakini tidak ada kata terlambat untuk belajar.

Ya, menjadi seorang pelatih sepak bola ia yakini sebagai hobi yang ditekuni. Kebetulan, Latif juga tidak alergi dengan canda riang anak-anak kecil. Satu lagi, juru taktik satu ini memang selalu haus ilmu.

"Saya suka anak-anak kecil, suka sepak bola juga ya ibaratnya hobi semua jadi satu. Dari dulu sebenarnya sudah ada niat menjadi pelatih," ungkap pemegang lisensi kepelatihan D Nasional tersebut. 





"Saya anggap proses sampai saat ini sebagai sebuah pembelajaran, masih ingin terus belajar. Sekarang benar-benar fokus di Serpong Jaya, sebagai tambahan juga jadi pelatih ekskul bola dan futsal di sekolah," tegas pelatih IJL All Stars (U-11) musim 2018 itu.



Meski demikian tidak selamanya hobi tersebut kerap mengundang senyum. Bukan sekali-dua kali Latif harus mengelus dada. Intervensi orangtua anak didik jadi alasannya.

Harus diakui intervensi orangtua adalah salah satu musuh besar dalam pembinaan sepak bola usia dini. Terkadang kita dibuat miris apalagi di Indonesia yang berdasarkan hasil riset oleh Nielsen Sports, 77% penduduknya memiliki ketertarikan pada olahraga si kulit bundar.

"Wah banyak sekali itu yang namanya intervensi orangtua, sudah tidak terhitung lagi lah," ujar Latif seraya tersenyum.

"Ya dijadikan pengalaman saja sih," sambungnya lagi.



Ragamnya disebut Latif memang macam-macam. Dari kekesalan orangtua melihat anaknya hanya menjadi pemain cadangan sampai hasil kekalahan yang harus diterima Serpong Jaya.

Tidak jarang Latif kena semprot. Sebagai seorang manusia biasa, wajar telinganya sempat panas hingga sempat membuat dirinya berpikir untuk angkat kaki dari dunia sepak bola usia dini.

"Saya bahkan pernah diomelin langsung di depan muka, paling banyak kalau lihat tim kalah. Anaknya tidak dimainkan atau jadi cadangan juga kena semprot saya. Jujur sebenarnya masih banyak, panjang sekali kalau diceritakan," ucap Latif.

"Pahit sih sebenarnya, sampai pernah berpikir untuk berhenti jadi pelatih SSB. Ya terkadang istri jadi teman curhat saya, dia selalu mengingatkan untuk selalu sabar," tutur Latif kembali tersenyum.



Meski demikian, cinta memang mengalahkan segalanya. Latif mengakui dukungan dari sang istri jadi kekuatannya sampai detik ini.

"Dapat penghasilan dari sebuah hobi itu bagi saya lebih dari cukup," ujar Latif.

"Saya sudah senang sekali dengan dunia ini, ya sepak bola. Alhamdulillah sudah semakin kuat dari waktu ke waktu, dukungan dari istri itu kekuatan utama saya," tandas ayah dua anak tersebut.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa