Loyalitas Tak Ternilai Leo Soputan dari Kacamata Pelatih FIFA Farmel




IJL.Com- Wafatnya Leo Soputan menimbulkan duka yang begitu mendalam untuk pelatih FIFA Farmel U-13, Muchamad Romli. Ada loyalitas tak ternilai, manusia pergi meninggalkan nama.

Jagat sepak bola Indonesia dirundung kabar duka. Eks pemain Persma Manado, Persibom Bolaang Mongondow, Pelita Jaya, Persita, Persikota dan Arema era 1990 sampai 2000-an yakni Akira Leonard Soputan atau yang lebih akrab disapa Leo Soputan menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin (19/4) dinihari tepat pukul 04.00 WIB di Rumah Sakit Tiara, Cimone, Kota Tangerang.

Leo Soputan meninggal dunia pada usia 45 tahun, tepat satu hari setelah merayakan ulang tahunnya. Ucapan duka mengalir dari insan sepak bola Tanah Air untuk pria kelahiran Manado, Sulawesi Utara yang sudah dianggap legenda oleh fans berat Persita serta Persikota dan tercatat pernah membawa Arema meraih gelar juara Copa Indonesia musim 2006 usai membekuk Persipura Jayapura di partai final dengan skor akhir 2-0.

Selepas gantung sepatu bersama Persikota pada 2012, Leo tak bisa jauh-jauh dari arena kulit bundar. Menekuni karir di dunia kepelatihan, asam-garam lakon juru taktik dicicipi dari mulai membesut Pro Duta, Persita sampai klub tanah kelahiran, Sulut United sebagai asisten pelatih.

Leo pun tak sungkan berbagi ilmu di level akar rumput. Posisi head-coach FIFA Farmel jadi salah satu contoh bentuk dedikasinya untuk pembinaan sepak bola usia dini Indonesia.

Beberapa kali Leo turut mendampingi anak-anak FIFA Farmel berlaga di kancah Indonesia Junior League U-13. Perannya ibarat kompas alias penunjuk arah bagi pelatih skuat 'Jawara Rajawali', Muchamad Romli.

Tak pelak, wafatnya Leo menimbulkan duka yang amat mendalam untuk Romli. Seakan masih belum percaya, begitu berat melepas kepergian sang mentor

"Saya sangat kehilangan sekali. Kita semua tahu coach Leo adalah mantan pemain dengan sarat pengalaman. Begitupun sosoknya sebagai pelatih, saya banyak belajar dari beliau. Banyak sekali hal," ujar Romli dengan nada lirih.



"Beberapa pekan di IJL kemarin sempat kerja bareng, bahkan sebelum kompetisi bergulir sudah bersama-sama. Ada pesan dari almarhum yang terus saya pegang sampai detik ini," tambah Romli.



Ya, ibarat peribahasa yang berbunyi 'gajah mati meninggalkan gading, manusia pergi meninggalkan nama'. Ada ilmu tanpa pamrih diwariskan Leo untuk Romli.

Tidak hanya di dalam namun juga luar lapangan. Dedikasi serta loyalitas di atas rumput hijau membuat Leo begitu gigih nan "keras kepala" melawan penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya sampai membuat Romli menahan pilu.

"Yang selalu saya ingat, beliau selalu bicara bagaimana kita harus mempersiapkan tentang organisasi permainan tim. Caranya? Fokuskan mulai sejak dari latihan. Itu juga yang menjadi alasan saya begitu fokus berkaca pada tim sendiri tanpa sibuk mengorek-ngorek kelemahan lawan," ujar Romli.



"Coach Leo memang sempat cerita soal penyakit yang ia derita, ada tumor di tenggorokannya. Pernah saya beranikan diri untuk tegur beliau supaya istirahat dulu. Tetapi dia selalu bilang tidak apa-apa. Pita suaranya seperti sudah hilang sejak bulan lalu tapi karena etos kerja yang menurut saya luar biasa dia sampai lupakan kondisi penyakitnya," ungkap Romli.





Jenazah Leo Soputan rencananya akan dikebumikan di Manado. Beberapa pelayat diantaranya rekan sejawat seperti Gendut Doni dan Widodo C Putro sempat menyambangi rumah duka guna memberi penghormatan terakhir.

"Kami dari Indonesia Junior League turut berduka cita atas kepergian coach Leo. Terima kasih atas semua dedikasi serta loyalitasnya yang diberikan dengan sepenuh hati sampai peluit panjang berbunyi. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan ketabahan dan almarhum ditempatkan di sisi-Nya yang terbaik," ujar CEO IJL, Rezza Mahaputra Lubis.



"Loyalitasnya untuk sepak bola tidak usah diragukan lagi. Dia selalu membuat saya tenang tiap kali satu bench di lapangan karena pengalamannya. Selamat jalan coach Leo," pungkas Romli.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa