M Erlangga Fajryawan; Curi Ilmu Simson Rumah Pasal




IJL.Com- Tidak semua orang bisa punya kesempatan "mencuri ilmu" Simson Rumah Pasal, sang legenda hidup sepak bola Indonesia. Pemain andalan Putera Utama U-11, M Erlangga Fajryawan termasuk yang sangat beruntung.

Pandemi Covid-19 praktis membuat agenda jadwal latihan tim Putera Utama terhenti. Dengan penuh kesadaran diri sesuai anjuran pemerintah, jajaran manajemen dan pelatih skuat asal Stadion Mini Tambun itu meminta anak-anak asuhnya untuk berlatih di rumah masing-masing guna mempersempit penyebaran virus sekaligus menjaga kondisi selagi kompetisi Indonesia Junior League belum dimulai.

Muhammad Erlangga Fajryawan adalah salah satu pemain yang paham betul pentingnya komitmen untuk terus berlatih di rumah. Tidak hanya sepak bola, olahraga voli jadi santapan pemain andalan Putera Utama U-11 tersebut.

"Iya betul, semua ikut terpengaruh karena pandemi Covid-19. Jadwal latihan tim diliburkan dan kick-off IJL pun untuk sementara ditunda. Tapi sebisa mungkin Rangga mengisi kekosongan tersebut dengan latihan di rumah sekitar 10-15 menit disamping kesibukannya mengerjakan tugas-tugas sekolah," ujar ayahanda Rangga, Irwan.

"Tiap sore, Rangga juga menjaga kondisi dengan main voli di lingkungan perumahan Villa Bekasi Indah 2 Tambun. Ya, anak ini memang aktif sekali, sudah gabung sama remaja dan orangtua kalau ikut main," tambah Irwan.

"Tapi saya tidak lupa selalu mengingatkan Rangga agar tidak lupa jaga kesehatan. Contohnya, setiap habis keluar rumah harus cuci tangan, jangan telat makan, minum vitamin dan tambah asupan buah-buahan," sambung ayah dari lima anak tersebut.



Selain itu, Rangga ternyata juga ambil les privat dengan salah satu legenda hidup sepak bola Tanah Air, Simson Rumah Pasal. Kala akhir pekan tiba, bocah kelahiran 30 Januari 2009 itu punya kesempatan mencuri ilmu eks pemain Timnas Indonesia era 70 dan 80-an tersebut.

Simson Rumah Pasal harus diakui adalah bek sayap kanan terbaik yang pernah dimiliki oleh Timnas Indonesia. Gaya permainannya yang begitu gigih sampai membuat dewa sepak bola asal Belanda pelopor filosofi Total Football, Johan Cruyff "jatuh hati".



Hal itu terjadi pada 19 November 1980 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (saat itu masih bernama Stadion Senayan) kala laga PSSI Utama versus Washington Diplomats yang diperkuat Cruyff. Di akhir pertandingan, Cruyff secara terhormat hanya bersedia untuk tukar jersey dengan Simson.

Periode 70 sampai 80-an, posisi Simson di pos bek sayap kanan Merah-Putih dengan nomor punggung dua bisa dibilang tidak tergantikan. Atas prestasinya tersebut, putra Maluku kelahiran Desa Lohiatala, Seram Barat itu masuk dalam jajaran 83 pemain terkemuka Timnas Indonesia versi majalah FourFourTwo dan berulang-ulangkali namanya diulas oleh media luar negeri sekaliber FoxSports.



PSM Makassar, Warna Agung dan Persija Jakarta adalah klub-klub teras yang pernah merasakan servis Simson. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, semua dimulai dari nol saat masih memperkuat tim dari tanah kelahirannya, Bintang Timur.

Enggan berpuas diri dengan label pemain Timnas, Simson pun juga dikenal sebagai pribadi yang tidak cepat puas atau lebih tepatnya haus ilmu. Jangan heran, gelar akademis D3 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Jakarta (dahulu IKIP) dikantongi.

"Saya sudah sampaikan ke Rangga bahwa Om Simson adalah pemain legendaris Timnas Indonesia, kebetulan anak saya juga sering cari tahu informasi dan berita soal Om Simson lewat google. Alhamdulillah, Rangga sangat senang bisa mendapatkan ilmu dari seorang legenda. Kebetulan, posisinya juga sama yaitu bek," ujar Irwan.

"Berulang kali saya bilang ke Rangga betapa beruntungnya dia bisa dilatih Om Simson. Beliau hadir di tengah-tengah keluarga kami untuk menjadikan Rangga pesepak bola yang bagus dan bagus. Insya Allah," tutur pegawai BUMN yang bergerak di bidang Perusahaan Gas Negara (PGN) tersebut.



Dengan ilmu kita menuju kemuliaan, begitu bunyi ungkapan dari tokoh nasional pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara. Sudah tepat rasanya kalimat tersebut ditujukan untuk Simson dikala usianya yang sudah menginjak 69 tahun. 

Masih aktif di lapangan, bisa jadi itu obat yang membuat Simson nampak awet muda. Semangat tak jua luntur, usia senja hanyalah sekadar angka.

"Kurang lebih baru dua bulan Rangga menjalani latihan privat ini. Tiap Sabtu pagi dari pukul 9 pagi sampai 11 siang, jadwalnya dua kali dalam sebulan. Saya sendiri kenal Om Simson karena beliau juga melatih di PGN," terang Irwan.

"Kesan pertama yang saya dapat dari Om Simson adalah semangatnya dalam meneruskan ilmu sepak bola yang ia punya. Cara menjelaskannya sangat-sangat sabar dan perlahan-lahan. Kalau Rangga ada salah, paling Om Simson ketawa atau senyum saja," ujar Irwan.



Bukan tidak mungkin, suatu saat nanti Rangga bisa mengikuti jejak "guru spiritual" nya mengawal benteng pertahanan Merah-Putih. Namun toh rezeki tidak akan pernah tertukar, siapa sangka pula anak bungsu dari lima bersaudara itu mampu jadi penghuni lini depan Garuda seperti idola yang selalu dielu-elukannya, Bambang Pamungkas.

"Rangga isi posisi bek memang karena instruksi pelatih di Putera Utama, alasannya memang lebih kepada postur tubuhnya yang menunjang. Kalau sejatinya setiap saya tanya, anak ini sebenarnya ingin jadi gelandang atau striker. Tapi buat saya di masa belajar seperti sekarang, anak-anak harus bisa merasakan semua posisi," ucap Irwan seraya tersenyum.



"Egi Maulana Vikri, dia suka. Si kembar Timnas Indonesia U-19, Bagas dan Bagus juga suka. Tapi yang paling utama, Rangga sangat mengidolakan Bambang Pamungkas," tandas Irwan.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa