M Rifky Pohan; Granat dari Serpong Jaya




IJL.Com- Badannya yang mungil tidak menjadi penghalang berarti untuk gelandang bertahan Serpong Jaya, M Rifky Pohan. Meletup-letup layaknya granat dalam sebuah medan pertempuran.

Black Panther, julukan Serpong Jaya terus mengaum. Terakhir, Indonesia Rising Star jadi korban keganasan tim asal Tangerang Selatan itu. Hasilnya, posisi runner-up klasemen sementara Grup Phenomenon mampu mereka duduki.

Merata dari segala lini jadi faktor utama kekuatan Serpong Jaya. Bicara sektor tengah ada si mungil yang kerap jadi pembeda dengan karakternya yang tak pernah berhenti meletup-letup yakni M Rifky Pohan.

Satu gol sudah disumbangkan Pohan untuk Serpong Jaya kala berhadapan dengan Abstrax FA. Lebih daripada itu, pergerakannya di atas rumput hijau sudah sering membuat jantung lawan berdegup kencang. Begitu licin dan enerjik.

Idiom gelandang jangkar dengan syarat postur tubuh tinggi dan kekar dipatahkan oleh Pohan. Jika boleh membandingkan, perannya amat sangat mirip dengan penggawa Chelsea dan Timnas Perancis, N'Golo Kante ataupun wajah anyar Arsenal berdarah Uruguay, Lucas Torreira. Skill-teknik sampai fisik berbanding lurus dengan visi permainan.

Ibarat kata Pohan seperti granat yang kerap dilemparkan dalam sebuah medan pertempuran. Ukuran memang terbilang kecil, daya ledak dapat diukur namun efek letupannya kerapkali membuat bala pertahanan musuh terpecah-belah sibuk mencari tempat persembunyian.

"Dulu awal masuk ke Serpong Jaya posisi saya itu sebenarnya striker. Nah satu tahun belakangan ini bergeser jadi gelandang," ujar Pohan.



"Awalnya gara-gara lihat dua pemain idola saya di TV yaitu Evan Dimas dan Andres Iniesta," sambung Pohan yang sudah berseragam Serpong Jaya sejak kelas 1 SD itu.



Proses Pohan masuk ke Serpong Jaya pun terbilang cukup unik. Semuanya ternyata berawal dari hadiah juara kelas dari sang ibunda, Laela.

Namun siapa sangka, Laela sempat khawatir soal pilihan anaknya menjadi calon aktor rumput hijau. Namun semboyan dalam dada Pohan yang berbunyi "pemain bola jago ngaji" menghapus segala keraguan itu.

"Saya masuk SSB karena ditawarin sama bunda. Waktu itu kelas 1 SD saya dapat ranking pertama dan bunda bertanya mau hadiah apa lalu saya jawab ingin masuk Serpong Jaya," tutur Pohan.

"Bunda awalnya tidak ingin saya bermain bola karena badan saya yang kecil. Dia lebih ingin anaknya jadi ustadz," sambung pemilik nomor punggung delapan itu seraya tersenyum.





Proses itu perlahan memang tengah dinikmati Pohan. Dukungan total terus ia dapatkan.

Tidak heran saat Pohan beraksi, pantang bagi Laela untuk absen. Hasilnya, buah hatinya itu makin menjadi-jadi.

"Bagi saya pribadi bunda itu suporter paling setia. Kalau dia hadir semangat saya makin bertambah. Pertandingan IJL selalu ada di Youtube, saya ingin buat orangtua bangga termasuk untuk ayah dimanapun dia berada sekarang, semoga ia bisa melihat aksi anaknya," jelas Pohan.

"Saya juga dapat dorongan dari pelatih agar masalah postur jangan terlalu jadi bahan pikiran. Intinya harus berani dan selalu percaya diri," sambungnya lagi.





Akhir pekan nanti, daya ledak Pohan akan kembali diuji. Makin seru karena lawan yang akan dihadapi adalah Pro: Direct Academy.

Pro: Direct Academy sendiri datang dalam keadaan terluka, tercatat dari dua laga terakhir hasil minor harus mereka dapat. Namun hal tersebut tidak membuat Pohan Cs merasa di atas angin.

"Sisa pertandingan masih lumayan banyak dan IRS pun pasti ingin bangkit. Saya dan teman-teman harus kerja lebih keras," tutup Pohan.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa