M Unggul Saputra; Arungi Purwokerto-Tangerang Demi Cicipi Atmosfer IJL Mayapada




IJL.Com- Sepinya atmosfer persepak bolaan usia dini di tanah kelahiran membuat Muhammad Unggul Saputra melakukan sebuah "perjudian" besar. Jarak tempuh Purwokerto hingga Serpong, Tangerang Selatan rela ia sebrangi demi bergelut di IJL Mayapada 2018.

Sepak bola melumpuhkan logika. Itu mungkin kalimat yang tepat disematkan untuk salah satu penggawa Benteng Indonesia Muda Football Academy (BMIFA), Muhammad Unggul Saputra.

Sadar dengan sepinya persaingan di tanah kelahirannya yakni Purwokerto, Unggul rela jauh-jauh menimba ilmu sampai ke Tangerang untuk membela BMIFA. Keberaniannya memang patut diacungi jempol namun harus diakui ada sedikit noda miris terselip di dalamnya.

"Di Purwokerto yang ada hanya pertandingan bersifat festival juga turnamen, itupun hanya Sabtu dan Minggu, kelanjutannya tidak ada. Yang Unggul butuhkan saat ini memang pertandingan dengan sistem liga," ucap sang ayah, Edi Purwanto.

"Ya demi kemajuan Unggul rela pulang-pergi Purwokerto Tangerang," tambahnya lagi.



Genap dua bulan sudah Unggul bergabung bersama BMIFA. Sejauh ini adaptasinya diyakini sang ayah berjalan cukup baik. Kompetisi sekelas IJL Mayapada 2018 jadi arena pembuktian kalau bocah kelahiran Banyumas itu bukan jago kandang.

"Kadang Sabtu melaju ke Tangerang, Minggu latihan lalu langsung pulang ke Purwokerto. Ya memang dalam satu bulan hanya dua kali ikut jadwal latihan tim BMIFA," tutur Edi.


"Tapi alhamdulillah, adaptasinya juga berjalan baik perlahan dapat kepercayaan isi posisi starting line-up di BMIFA," tambahnya.





Namun Edi mengakui sebuah "perjudian" yang ia lakukan bisa saja jadi senjata makam tuan untuk putranya. Bagaimana tidak, jarak Purwokerto-Tangerang biasa ditempuh kurang lebih tujuh jam lewat jalur darat. Oleh karena itu persiapan matang tengah dipikirkan.

Dalam waktu dekat, Unggul memang punya rencana "hijrah" meninggalkan tanah kelahirannya. Meski demikian, Edi tidak mau terburu-buru, pendidikan formal tetap jadi hitungan utama.

"Kalau naik mobil sendiri ya paling berangkat Sabtu pagi dari Purwokerto. Kalau naik bus Jum'at sore atau Sabtu sore langsung menuju ke Serpong kalau ada tanding di IJL Mayapada" cerita Edi.

"Saya akui itulah kendalanya, sebenarnya sudah ngontrak rumah juga di dekat tempat latihan BMIFA. Dalam waktu dekat Unggul ada rencana pindah ke Tangerang, mungkin nanti pas masuk SMP," katanya lagi.



Ya, memang tidak mudah menjadi seorang Unggul mengingat semakin sengitnya persaingan di IJL Mayapada 2018 terutama bicara dari segi kesiapan fisik sampai psikologis. Namun setidaknya ada dukungan penuh orangtua di belakang pemain berusia 10 tahun itu 

"Saya tahu tidak mudah bagi dirinya menjalani pertandingan bersama BMIFA dengan kendala jarak tersebut, terkadang penampilannya memang masih jauh dari kata maksimal meski di Purwokerto ia selalu jaga kondisi dengan berlatih di dua SSB lokal," tandas sang ayah.





Sedikit kisah yang dialami Unggul ini sudah tentu menjadi gambaran belum meratanya iklim positif sistem pembinaan usia dini hingga seluruh pelosok negeri. Tidak lain yang dibutuhkan para calon aktor rumput hijau Tanah Air saat ini bukan hanya soal jam terbang namun juga fasilitas sampai kompetisi berkualitas berbalut sebuah pemikiran serta investasi jangka panjang.


  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa