Maesa Dihantui Bola Mati




IJL.Com- Skema bola-bola mati jadi hantu paling menakutkan untuk skuat Maesa Cijantung. Warya Sunarya tak segan "menantang" anak-anak asuhnya.

Kekalahan dari Cipta Cendikia benar-benar membuat Maesa Cijantung sadar apa sebabnya Grup Sensation dilabeli persaingan tingkat "neraka". Tidak ada tim yang benar-benar dalam kondisi nyaman, harus pandai-pandai berkaca diri.

Salah satu evaluasi besar yang dikantongi Maesa adalah soal kesigapan mengantisipasi skema bola-bola mati. Dari dua laga awal, tiga gol yang bersarang di gawang tim asuhan Warya Sunarya itu semuanya berawal dari set-piece.

Pertama, ada penggawa All Star Galapuri, Cello Sasikirana yang tebar petaka lewat sepak pojok. Puncaknya, ada di laga melawan Cipta Cendikia saat Ahmad Ridano (sundulan diawali free-kick) dan M Ralfy I Selang (penalti berawal dari corner-kick ) jadi "hantu" yang begitu menakutkan untuk Dewa Nedi Saputra dan kawan-kawan.

Beberapa peluang emas juga sering didapatkan tim lawan melalui proses set-piece. Terlihat jelas masih ada kepanikan dari bek Maesa saat hantu itu datang.

"Harus diakui ada ketidaksiapan dan juga kurang fokus dari anak-anak sehingga gol-gol itu bisa terjadi. Untuk itu saya selalu evaluasi untuk mengantisipasi di laga selanjutnya," ungkap Arya, sapaan akrab Warya Sunarya.



"Saya juga ingatkan ke mereka agar jangan terlalu sering buat pelanggaran, harus tetap tenang apalagi ketika sudah dalam area pertahanan sendiri. Jangan terlalu bernafsu melakukan kontak fisik," tegas Arya.






Arya pun tak segan "menantang" anak asuhnya untuk selalu mempersiapkan diri lewat proses latihan jika benar-benar ingin dibawa ke medan laga. Jumpa CISS nanti, Maesa memang akan datang dengan kondisi agak pincang.

"Selalu ada evaluasi pastinya pasca laga kontra Cipta Cendikia dan kami benahi langsung lewat program latihan. Akhir pekan nanti mungkin ada sedikit rotasi, beberapa pemain pelapis akan tampil karena kebetulan Maesa mendaftarkan 30 pemain dari 18 slot yang dibawa," ujar mantan penggawa PSJS Jakarta Selatan itu.



"Mereka mesti bersaing secara sehat untuk masuk dalam susunan 18 pemain yang saya bawa ke Stadion Mini Cisauk dan pastinya harus dalam kondisi fit baik secara fisik dan mental. Kebetulan saat jumpa CISS ada enam pemain inti yang harus absen," terangnya lagi.







Saat disinggung soal kekuatan CISS, Arya mengatakan anak asuhnya kudu waspada penuh. Melihat rekaman pertandingan calon lawannya kala melawan Salfas Soccer, wajar ada sedikit rasa was-was dalam dirinya.

Jumpa Salfas, CISS memang terbilang minim membuka peluang. Namun kejelian dalam memanfaatkan momentum jadi alat tim asuhan Dedy Suryaman itu menghukum tim lawan.

"CISS bermain sangat rapi dan disiplin, terbukti walaupun mereka tertinggal lebih dulu namun mampu menyamakan kedudukan dan memaksa Salfas gigit jari," terang Arya.





"Saya selalu berusaha memberikan arahan kepada anak-anak agar selalu fokus, disiplin dan kerja keras karena kami telah kehilangan poin akibat bola-bola mati. Siapapun lawan kita adalah yang terbaik, untuk hasil akhir saya serahkan saja pada Allah SWT," tutup Arya sambil tersenyum.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa