Memahami Jurgen Klopp, Memahami Teje Junaedi Arfah




IJL.Com- Di balik kacamatanya yang modis, Jurgen Klopp menyimpan segudang taktik hingga membuat ia dicintai banyak orang. Tidak heran, pelatih Abstrax FA, Teje Junaedi Arfah sampai dibuat tergila-gila.

Gegenpresing. Kalimat itu yang pertama kali muncul saat menggambarkan betapa dahsyatnya sepak terjang Liverpool selama dua musim terakhir. Skenarionya dibuat oleh seorang "sutradara" handal asal Jerman, Jurgen Klopp.

Langsung menekan saat kehilangan bola dengan bekerja sebagai satu unit hingga memaksa lawan membuat kesalahan di daerah pertahanannya sendiri adalah cara gegenpresing menghukum musuh-musuhnya. Media-media Inggris ramai menyebutnya sepak bola heavy metal. Bukan sekali-dua kali Tiki Taka ala Josep Guardiola yang mendunia itu dibuat mati kutu.



Jauh sebelum menangani Liverpool, gegenpresing racikan Klopp sebenarnya sudah lebih dahulu meledak saat ia mengarsiteki Borussia Dortmund. Dalam arti tersirat, etos kerja bangsa Jerman benar-benar ia hembuskan di atas rumput hijau. 

Rasanya hal itu pula yang mengilhami pelatih Abstrax FA, Teje Junaedi Arfah. Meski hanya bisa menatap lewat layar kaca, fans berat Liverpool itu mengaku tergila-gila dengan The Mad-Nerd, julukan Klopp.

"Sejak Klopp menangani Liverpool, saya selalu ikuti dia terus," ucap TJ, sapaan akrabnya tersenyum.



Tiba di Anfield pada 8 Oktober 2015, TJ tak ragu menyebut Klopp sudah melakukan revolusi total untuk Liverpool. Pasca era Bill Shankly tanpa melupakan rezim Rafael Benitez tentunya, bagi Kopites (sebutan untuk fans The Reds) mungkin manajer kelahiran Stuttgart itu ibarat seorang juruselamat.

"Klopp membawa perubahan cara bermain sepak bola Liverpool ala Dortmund tapi di Anfield lebih sempurna dengan tiga pemain depannya," tegas TJ.



"Karakter Klopp saya suka sekali. Sangat berkarisma dan penuh ekspresi menggebu-gebu saat di pinggir lapangan. Secara taktikal cara bertahan, menyerang pressing lawan itu yang membuat saya mengidolakan dirinya. Sedikit banyak memang saya gunakan gaya-gaya itu saat melatih anak-anak Abstrax FA," sambung pelatih kelahiran Jakarta itu.




Ya, TJ berharap "campur tangan" Klopp akan menaungi anak-anak Abstrax di kerasnya kompetisi IJL Mayapada U-13. Tidak lain tidak bukan, "virus" gegenpresing jadi patron di atas lapangan.

"Bicara Klopp pastinya tidak lepas dari gegenpresing," ujar TJ.



"Tapi filosofi tersebut tidak mudah dilakukan begitu saja, butuh stamina yang sangat prima. Kami latihan seminggu tiga kali, selalu ada materi fisik with the ball tanpa pemain sadari. Pergerakan tanpa bola juga digenjot tentunya dengan porsi dan karakteristik usia mereka. Intensitasnya selalu saya jaga," terang TJ yang sudah bergelut di youth development sejak 2010 tersebut.



Sosok Klopp sebagai seorang juru taktik yang melek teknologi juga menjadi perhatian tersendiri untuk TJ. Selama tujuh tahun di Dortmund, ia pernah memperkenalkan perangkat canggih bernama Footbonaut. Sebuah inovasi kekinian dalam era sepak bola modern yang konon hanya ada di markas Die Borussen dan kabarnya sampai "dicuri" oleh TSG 1899 Hoffenheim.



Dilansir dari BBC, cara kerja Footbonaut sangat sederhana, seorang pemain berdiri di tengah lapangan tertutup dengan luas 14 meter persegi. Kemudian bola dilontarkan kepadanya melalui suatu mesin pelontar dengan ketinggian dan kecepatan bervariasi dari delapan arah yang berbeda. 

Pemain tersebut akan menerima bola itu, dan harus mengopernya ke 64 titik yang sudah ditentukan secara acak. Tujuannya untuk meningkatkan gerakan reflek, penguasaan bola, dan kepekaan membaca permainan.

Setelahnya, Footbonaut akan melahirkan rekapan data tiap pemain. Bak seorang guru, rapor anak asuhnya akan langsung dievaluasi oleh Klopp sendiri.







TJ sadar teknologi semacam ini masih terdengar asing di sepak bola Indonesia. Walau demikian, itu bukan alasan bagi dirinya kehilangan ide menggali potensi emas anak-anak asuhnya.

Mengawal Abstrax FA di IJL Mayapada U-13 bisa jadi titik awal TJ memanfaatkan kecanggihan teknologi. Seperti diketahui, adanya video rekaman pertandingan yang diberikan operator kompetisi tiap pekannya ibarat "cambuk" bagi pelatih berusia 26 tahun itu untuk selalu upgrade ilmu.

"Betul sekali, sekarang di level manapun setiap pelatih dituntut untuk lebih melek teknologi, mau tidak mau. Cukup penting untuk level SSB setidaknya punya video rekaman pertandingan secara utuh untuk melihat perkembangan pemain secara individu maupun grup," tegas TJ.


"Antusiasnya saya mengikuti IJL Mayapada U-13 karena terbantu  dengan adanya inovasi tersebut. Sebagai pelatih bisa melihat perkembangan tim secara internal hingga mengintip kekuatan calon lawan. Artinya sangat berpengaruh dan penting sekali untuk pelatih-pelatih muda yang mau belajar mulai menjadi seorang juru taktik dengan daya analisa yang baik," tandas pemegang lisensi kepelatihan D Nasional itu.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa