Mengenang Nama Caprina dan Mendiang Herlina Kasim Bersama Pelatih Metro Kukusan




IJL.Com- Jangan pernah bermain-main dengan waktu jika sudah berurusan dengan pelatih Metro Kukusan, Yatno. Berkaca dari arahan mendiang Herlina Kasim, ia ingin anak-anaknya asuhannya bisa tahan banting.

Mendengar nama Caprina FC, praktis ingatan kita semua akan tertuju ke kompetisi Galatama yang meramaikan kancah sepak bola Indonesia era 80-an. Sebelum nama Gelora Dewata, Perseden Denpasar, PS Gianyar sampai Bali United muncul, kesebelasan yang didirikan oleh pejuang wanita Indonesia, Herlina Kasim itu adalah klub sepak bola profesional pertama dari Pulau Seribu Dewa.

Faktanya, sebelum "hijrah" ke Bali, Caprina adalah tim sepak bola yang bermarkas di Jakarta Timur. Salah satu jebolannya adalah pelatih Metro Kukusan U-9 di kompetisi IJL Mayapada 2018, Yatno.

"Saya dari SD di Caprina, dulu nyebutnya SD karena memang belum ada istilah SSB. Masuknya gratis," ucap Yatno.

"10 tahun lebih lah kira-kira disana," sambungnya lagi.



Dari Caprina itulah Yatno mulai belajar mengenal sepak bola khususnya yang dimaksud dengan sistem pembinaan. Ada sebuah proses besar dijalani, semuanya ia yakini benar-benar mulai dari nol.

"Ada jenjang yang harus benar-benar dilalui. Tim gawang lalu remtar (remaja taruna), junior baru senior. Tak ada istilah seleksi, semuanya harus dari nol," tegas Yatno.


"Kalau mau membandingkan, dulu pembinaan sepak bola di Ibu Kota memang bagus, sifatnya berjenjang. Tiap Askot berputar kompetisinya dari gawang sampai senior," ujar pria kelahiran Jakarta itu.



Walau demikian, di Caprina saat itu Yatno tidak hanya belajar sepak bola dari segi permainan namun juga nilai kehidupan. Sosok sang pendiri, Herlina Kasim disebutnya punya peranan besar.

Herlina memang dikenal sebagai representasi Kartini tidak hanya di dunia sepak bola namun juga militer. Saat pembebasan Irian Barat dalam operasi Trikora 1961-1963, ia mendapat tanda jasa berupa pending (ikat pinggang) emas langsung dari presiden pertama Republik Indonesia, Ir.Soekarno. 

Latar belakang pernah angkat senjata itu lah yang membuat Herlina Kasim dikenal sangat disiplin. Jangan harap bisa kompromi soal waktu dengan penerjun payung perempuan pertama Indonesia yang wafat pada 17 Januari 2017 tersebut.

"Ibu Herlina sangat tegas, kalau sudah punya tekad dan mau harus dipatuhi," ucap Yatno.



"Dia orang yang sangat disiplin soal waktu, itu pelajaran yang selalu saya pegang sampai sekarang. Saya paling ga suka kalau tidak tepat waktu," ujarnya.



"Di Caprina kalau ada yang telat, hukumannya dijemur lalu lali keliling lapangan. Nah kalau di Metro Kukusan coba saya terapkan tapi bentuknya saya ubah jadi juggling bola selama lima menit," terang pelatih finalis IJL musim 2015 tersebut.





Kenangan Yatno bersama Herlina Kasim sendiri memang tidak akan lekang ditelan waktu meski lapangan tempatnya dulu mengais mimpi sudah lebur atas nama modernisasi Ibu Kota. Baginya Caprina tidak hanya soal kesebelasan sepak bola namun juga sudah menjadi seperti keluarga.

"Saya pertama latihan di Caprina itu pas di lapangan Bunder, Cijantung yang sekarang jadi taman di depan mall Graha Cijatung. Dan mall itu dulu ada bioskop caprina base camp sekaligus mess kita," ujar Yatno.

"Bung Ali Husein dia lah coach pertama saya dan yang terakhir Mas Fakur, kakak kandung Ristomoyo. Kami sampai sekarang masih sering kumpul jadi satu tim namanya Caprina All Star. Dari kecil sampai detik ini masih bersama," tandasnya.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa