Menjaga Dapur Putra Jaya Tetap Ngebul




IJL.Com- Pengorbanan tulus nan ikhlas demi eksistensi Putra Jaya kerap membuat sang pendiri, Junaidi Abdillah mengelus dada. Kata-kata "nyelekit" sudah sering keluar masuk telinga.

Rasa prihatin membidani kelahiran SSB Putra Jaya. Meramaikan kancah pembinaan sepak bola usia Indonesia sejak 2016, siapa sangka awal mula eksistensi tim yang bermarkas di Pondok Aren, Tangerang Selatan itu berawal dari iseng-iseng semata.

Junaidi Abdillah adalah aktor utamanya. Alasannya pun sangat sederhana, ingin menjaga rantai generasi penerus dari hal-hal yang bersifat negatif.

"Jujur, awalnya hanya iseng-iseng saja. Tujuannya tidak lepas ingin menjaga generasi supaya anak-anak muda di lingkungan saya senang olahraga khususnya sepak bola. Ya kita tahu sendiri lah gimana pergaulan sekarang," ujar Zabrick, sapaan akrab Junaidi Abdillah.

"Anak-anak muda sukanya kan nongkrong ya sambil ngerokok, itu yang ingin berusaha dikikis. Setidaknya kebiasaan tersebut bisa ditutupi dengan aktifitas sepak bola. Energi lelahnya terbuang saat latihan," sambung Zabrick.



Manis, asem, asin sudah ditelan mentah-mentah oleh Zabrick. Demi menjaga eksistensi Putra Jaya, tidak jarang ia sampai rela merogoh kantongnya dalam-dalam.

Dari segi pendanaan, Putra Jaya memang bukan termasuk SSB "plat merah". Supaya dapur tetap ngebul, meringis pun ia rela.

"Pengalaman paling pahit? Waduh sedih sih kalau diceritain di sini. Yang jelas kata-kata nyelekit bikin sakit hati sudah sering keluar masuk telinga," ujar Zabrick seraya tersenyum lebar.

"Dari segi keuangan? Wah, bisa dibilang sampai ketemu kata parah, ya banyak uang keluar dari kantong sendiri untuk biaya operasional SSB. Pajak kendaraan saya saja sampai lupa lima tahun ga dibayar," tambah Zabrick tak kuasa menahan tawa.





Tapi menurut Zabrick, ya demikianlah dinamika jatuh-bangunnya SSB. Keluar masuknya anak didik jadi konsekuensi harus dihadapi dengan senyum tulus.

"Ya begitulah memang namanya dinamika. Dulu awal terbentuk banyak muridnya, sekarang pelan-pelan menghilang. Dari mulai iuran 1000, 2000 sampai sekarang 5000 rupiah per anak untuk satu kali datang latihan," ungkap ayah dari Muhammad Rafly Aditya, penggawa Salfas Soccer di IJL U-13 itu.

"Bukannya apa-apa, saya ini cuma tukang parkir di warung makan, tidak punya dasar bermain sepak bola juga, hanya penikmat. Apapun dilakukan mau tidak mau supaya dapur Putra Jaya tetap ngebul karena tujuan saya ya satu itu tadi menjaga generasi penerus," sambung pria berusia 40 tahun tersebut.





Meski demikian, cerita yang dialami Zabrick bersama Putra Jaya tentu tak selamanya pahit bikin nyelekit. Sederet prestasi tim binaannya bisa jadi obat pelipur lara.

"Yang saya punya di rumah hanya koleksi trofi juara dari anak-anak," ujar Zabrick seraya tersenyum lepas.



Di kompetisi Indonesia Junior League U-9, Putra Jaya datang dengan status tim debutan. Bermain tanpa beban jadi pesan Zabrick untuk Putra Ozora dan kawan-kawan.

Di satu sisi, ia juga mengaku bangga dengan kekompakan suporter Putra Jaya dalam hal ini orangtua yang paham betul tujuan utama berlaga di IJL adalah mencari jam terbang. Berlaga dengan tim yang punya nama jauh lebih besar, bukan jadi alasan untuk ciut nyali.

Fakta di atas lapangan, meski baru memetik satu kemenangan dari 10 laga, Putra Jaya termasuk tim yang sukar untuk dibungkam. Dikomandoi srikandi rumput hijau yakni Yasmin Aprilianti, benteng pertahanan Putra Jaya kerap mendapat apresiasi tinggi dari IJLovers perihal fighting spirit menahan badai gempuran tim lawan.

"Dari IJL kami selaku pengurus ingin memberikan jalan agar orangtua melihat sendiri kemampuan anak-anaknya. Yang terpenting memang dapat jam terbang dulu, menang atau kalah itu urusan belakangan," ujar Zabrick.

"Terus semangat berproses dan tetap jaga kekompakan, itu pesan yang selalu saya titipkan," tandas Zabrick.





Berikut Jadwal Lengkap Pekan Keenam IJL U-9:




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa