Mochamad Fatlan: Pekik Peluit Sang Abdi Negara




IJL.Com- Dari balik kesibukannya sebagai seorang abdi negara, asam garam dunia perwasitan rela dijabani Mochamad Fatlan. Menggulung sumpah serapah memang kudu saklek. 

Menciptakan iklim kompetisi yang tidak hanya ketat namun juga sehat sudah jadi tanggung jawab Indonesia Junior League (IJL) sebagai operator liga sepak bola usia dini. Marwah pembinaan yang sesungguhnya diyakini akan membentuk karakteristik dari segi attitude (sikap) sampai mindset (pola pikir) barisan generasi penerus dunia si kulit bundar.

Bukan hanya dari segi infrastruktur lapangan, komitmen IJL juga dibuktikan lewat ketersediaan perangkat pertandingan dengan kredibilitas mumpuni. Salah satunya adalah Mochamad Fatlan.

Mengawali karir sebagai wasit sejak 2013 bisa dibilang adalah wadah pelampiasan Fatlan. Mimpinya untuk menjadi seorang pesepak bola yang harus dikubur dalam-dalam setidaknya bisa terobati.

"Sejujurnya saya tidak punya alasan khusus saat memutuskan diri untuk menjadi wasit, hanya ingin menyalurkan hobi di sepak bola saja," ujar Fatlan.



"Gini, jadi dulu cita-cita saya kan ingin sekali jadi pesepak bola profesional, ya sayang tidak kesampaian. Tapi karena dasar hobi itu juga akhirnya mantap menekuni karir sebagai wasit," tutur pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah pada 22 Juni 1991 itu seraya tersenyum.





Selain bertugas sebagai wasit, Fatlan sendiri adalah bagian dari Prajurit Batalyon Arhanud 1/PBC/1 Kostrad yang bermarkas di Serpong, Tangerang Selatan. Menyerahkan sepenuh hidupnya sebagai seorang abdi negara tidak lantas membuat karirnya sebagai sang juru adil jadi meredup.

Wasit yang awalnya ditempa dari dunia kemiliteran sebenarnya bukan hal langka. Di level internasional, paling termashyur sebut saja juru adil kenamaan asal Italia, Pierluigi Collina. Ukuran nasional ada Iwan Sukoco, Prasetyo Hadi sampai Agus Fauzan Arifin yang kerap memimpin laga-laga besar nan prestisius. Dari kesatuan Kostrad seperti Fatlan terlebih dahulu muncul Serda Ruli Tambutina. 

"Saya gabung di kesatuan sejak 2011. Alhamdulillah, selama ini pimpinan terus memberi kesempatan untuk berkarir di dunia perwasitan," ujar Fatlan yang sudah mengantongi lisensi C1 Nasional.



"Terakhir kemarin sempat pimpin pertandingan Liga 2 antara Persijap Jepara versus Semeru FC. Ada banyak kenangan pastinya selama delapan tahun jadi wasit. Mau disebutkan yang paling pahit? Ya dikejar-kejar sama pemain sebab ada rasa tidak puas karena timnya kalah, padahal kami sebagai pengadil sudah memimpin sesuai Law of The Game," ungkap Fatlan yang berpangkat Praka (Prajurit Kepala) itu  seraya menghela nafas.





Berangkat dari itu juga Fatlan tak ragu mengemban amanat sebagai wasit di kompetisi Indonesia Junior League. Meski levelnya baru "liga bocah" justru dari situlah pondasi awal pemahaman Law of The Game terbentuk.

Fatlan sadar niatnya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meski demikian, ia paham betul tugas wasit di kancah pembinaan sepak bola usia dini bukan hanya sekadar tiup peluit namun juga menanamkan sifat-sifat edukatif.

Wasit senior di IJL yakni Muhammad Hipni sendiri sebelumnya pernah menyarankan alangkah lebih baik tiap SSB mempunyai satu staf pelatih dengan track-record atau setidaknya menyelami seluk beluk ilmu perwasitan. Eks pemain Persija Jakarta itu meyakini hal tersebut bisa membantu Law of The Game lebih cair untuk diterapkan mulai dari sesi latihan hingga dibawa sampai ke arena pertandingan.

"Saya rasa bukan hanya pemain, namun pelatih juga sudah harus paham arti Law of The Game sejak level pembinaan usia dini. Tidak perlu buru-buru diperdalam, yang terpenting mengerti poin-poin peraturan saja sudah cukup," ujar Fatlan.



"Kalau sumpah serapah atau hujatan dari penonton di pinggir lapangan itu sih itu sudah jadi risiko dan konsekuensi yang harus kami terima. Kalau tidak kebal telinga dan bermental baja, mungkin sudah cepat-cepat gantung peluit," sambungnya seraya tak kuasa menahan tawa.





Ya, tidak hanya pemain atau pelatih yang menggantungkan mimpinya di atas rumput hijau. Sebagai wasit, Fatlan pun tak sungkan menggapai puncak tertinggi.

"Cita-cita memimpin laga besar di level kompetisi tertinggi pastinya ada. Namanya berkarir di bidang perwasitan, harus sampai level yang paling tinggi. Mudah-mudahan bisa, doakan saja," tutur Fatlan.



"Semoga liga bisa bergulir lagi walaupun di masa pendemi ini. Biar teman-teman wasit bisa senyum kembali," pungkas Fatlan.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa