Napak Tilas Rekam Sejarah IJL di Momen Sakral 17 Agustus




IJL.Com- Setiap kali menginjak tanggal 17 Agustus, Indonesia Junior League (IJL) seperti memasuki sebuah lorong waktu. Lima tahun sudah berdiri, Presiden Joko Widodo pernah ikut jadi bagian saksi sejarah.

17 Agustus 2014 jadi momen paling bersejarah untuk IJL. Selain bersamaan dengan hari kemerdekaan Republik Indonesia, pada saat itu sebuah cikal bakal besar lahir untuk memajukan sepak bola Tanah Air melalui program pembinaan usia dini.

Berbekal mandat langsung dari Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi (re: saat itu Direktur Jak Pro), digelar event turnamen sepak bola sebagai rangkaian acara pembukaan IJL. Animo membludak, ribuan massa berbondong-bondong "mengepung" Lapangan Waduk Pluit, Jakarta Utara.

Tamu yang hadir pun tidak sembarangan. Selain Budi Karya, nampak pula Presiden Joko Widodo yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dan tengah disibukkan aktifitas kampanye pilpres.

"Saat itu saya dipercaya pada oleh Bapak Budi Karya untuk mengelar event sepak bola yaitu pertandingan antar kecamatan lalu komunitas fans suporter ( Juventus Club Indonesia, Inter Moratti, Big Reds Liverpool dan Indo MU) sebagai rangkaian acara pembukaan IJL," tutur Rezza Lubis, CEO IJL.



"Tanpa andil pak Budi Karya dan om Dimas Wahab (tokoh Indonesia Muda) bisa dibilang IJL sulit untuk lahir. 17 Agustus 2014 menjadi hari yang bersejarah, dari momen besar kebangsaan itu cikal bakal kami lahir. Manisnya diresmikan oleh Bapak Jokowi disaat berbarengan dengan awal pertama kali Lapangan Waduk Pluit dibuka untuk publik," terang Rezza lagi.




Bukan hanya sekadar hadir, Presiden ke-7 Republik Indonesia itu juga tak segan turun ke atas rumput hijau menjajal si kulit bundar. Bersimbah peluh keringat bersama selebriti kenamaan Tanah Air seperti Darius Sinathrya, Judika, Valentino Simanjuntak, Ibnu Jamil, Augie Fantinus sampai kapten Bhayangkara FC, Indra Kahfi. Sungguh suatu momen langka yang bisa dibilang akan sulit terulang kembali.

"Sangat tidak terduga warga dari mana tiba-tiba hadir, sekitar 6000 orang lebih saat itu. Penjagaan kami juga terpecah tiga, pertama pengamanan Pak Jokowi, kemudian para artis kira-kira ada 12 orang dan terakhir blokade lapangan," kenang Rezza.







Satu gol berhasil diciptakan Jokowi lewat titik penalti. Tak pelak perayaan golnya tersebut jadi awal pecahnya euforia yang menyelimuti Lapangan Waduk Pluit.

Suasana semakin riuh saat Jokowi yang begitu kelelahan memilih menepi ke pinggir lapangan guna sejenak merebahkan badan. Sontak, animo warga semakin tidak terbendung lagi untuk mengambil foto ataupun bersalaman. Pesta rakyat, ya benar-benar pesta rakyat.

"Lama sekali ga olahraga, jogging sama sepedaan ya terakhir sekitar empat bulan lalu. Sampai sini kemudian diajak main bola,"  ujar Jokowi yang sempat melakukan pelanggaran ke salah satu pemain lawan.




"Kalau soal gol dari penalti, ya kalau 10 kali seperti itu ya bisa gol terus saya juga. Pelanggaran tadi? Ya, dia lewat depan, terus saya tendang kakinya gitu aja," ucap Jokowi yang langsung disambut gelak tawa warga serta para jurnalis.





Lain Rezza, lain pula Ocha, komentator pertandingan IJL yang mengaku deg-degan saat melihat Jokowi di depan matanya langsung. Dari karakternya yang ceplas-ceplos, mendadak langsung berubah 180 derajat sewaktu melihat aksi Jokowi di atas lapangan.

"Tentu saya senang dan bangga saat itu bisa "mengomentari" aksi Pak Jokowi di atas lapangan. Yang tadinya ceplas-ceplos jadi komentator eh pas lihat beliau ya deg-degan aja rasanya karena saat itu benar-benar dadakan, ga ada persiapan. Lagi asik-asik santai eh dengar kabar Pak Jokowi mau datang," ucap Ocha.

"Bahkan saat itu saya sendiri yang present Pak Jokowi dan disiarkan langsung oleh salah satu TV nasional, ya terbata-bata deh ngomongnya. Penonton yang memadati area pinggir lapangan waktu itu salah satunya juga bikin tegang, bayangkan orang sebanyak itu luber sejadi-jadinya alhasil banyak salah ngomong ujungnya jadi bahan tertawaan juga," ujar Ocha seraya tersenyum lebar.



Pun begitu kisah unik Ocha dengan Paspampres yang memang khusus datang untuk mengawal Jokowi. Tak tanggung-tanggung, sang komentator pun sempat kena "semprot"

"Ya namanya juga Paspampres ya, mengawal orang penting pasti adalah ribet-ribetnya. Ada cerita unik, saat lagi asik pandu pertandingan, itu Paspampress ribet minta Pak Jokowi ditarik keluar, lah saya bilang izinnya ke wasit lah bukan komentator. Tapi seru sih, terkenang banget sampai sekarang," ucap Ocha yang memang terkenal humoris.




Sepak Bola Indonesia adalah Sebuah Revolusi Mental

Sosok Jokowi saat itu memang tengah menjadi magnet bagi siapapun yang mendengar namanya. Alhasil pihak IJL pun sempat dibuat keringat dingin dengan "manuver-manuver" pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 tersebut.

Kisah unik pun ramai bersliweran tak hanya soal Ocha yang gemetar dari pinggir lapangan. Salah satunya perihal sepatu pantofel yang memang sudah kadung tidak bisa lepas dari sosok seorang Presiden Jokowi.

"Persiapannya tidak ada, cuma kami di pagi hari harus pontang-panting mencari sepatu sepak bola untuk beliau saat tiba-tiba dengar kabar mau datang. Yang lucunya saat main Pak Jokowi tidak mau pake sepatu barunya, katanya lebih nyaman pakai pantofel kesayangannya," ujar Rezza.



"Pak Jokowi di atas lapangan mungkin hanya sekitar kurang dari 10 menit tapi hal ini yang berkesan buat kami. Ia membuat lapangan bergemuruh dengan satu gol yang dicetaknya, tanpa disadari momen itulah yang jadi awal bersejarah lahirnya IJL," ujar Rezza lagi.



Ya, 17 Agustus 2014 itu disebut Rezza jadi momen penting juga bagi dirinya kala berani mencetuskan ide besar untuk sepak bola Indonesia di bawah bendera IJL. Dukungan penuh tokoh seperti Budi Karya ia sebut jadi motivasi bagi dirinya.

"Sebelumnya kami juga dikebut waktu soalnya penyiapan lapangan. Karena sebelumnya pak Budi Karya menyiapkan lapangan itu bukan untuk sepak bola tetapi untuk futsal. Setelah saya presentasikan konsepnya dan fungsi kegunaannya maka baru segera tim IJL dan PT Jakpro bekerja membangun Lapangan Waduk Pluit," ungkapnya.



Pun begitu dengan semangat revolusi mental yang diusung Jokowi di era pemerintahannya saat ini. Rezza meyakini ada hal yang bisa dipetik untuk pembinaan usia dini termasuk keputusan dirinya yang terus berusaha agar IJL tetap konsisten dengan tujuan awal berdiri.

"Semangatnya memang revolusi mental di segala lini termasuk pembinaan sepak bola usia dini. Kita memang tidak bisa belum banyak bisa berharap dari pemerintah untuk hal tersebut, cuma kerjasama dengan BUMD dan BUMN sudah lebih dari cukup untuk pengembangan dari konsep awal arah pembinaan usia dini itu sendiri," tegas Rezza.







"Untuk reformasi total memang wajib karena untuk membangun pembinaan usia dini sepertinya memang diperlukan semangat generasi pembaruan dengan arah dan filosofi yang baru," harapnya lagi.







Dirgahayu Republik Indonesia, Panjang Umurnya IJL!!!





  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa