Rajendra Alvipradana; Sambil Menyelam Minum Air




IJL.Com- Jiwa prajurit mengalir deras dalam darah Rajendra Alvipradana. Panggul angka keramat, punya misi ganda berseragam Java Soccer Academy.

Tidak ada hari tanpa berolahraga. Begitulah cara Rajendra Alvipradana mengisi hari-harinya. Anak futsal SMP Cikal sampai penggawa Java Soccer Academy.

Belum lama Alvi berseragam Java. Sosok Eric Budi Santoso ia akui punya peranan penting.

"Manajer Java yaitu pak Eric adalah guru olahraga saya waktu di SD Cikal. Beliau yang ajak bergabung, bisa dibilang ini tim sepak bola pertama saya," ujar Alvi.



"Mayoritas pemain Java itu siswa SMP Cikal. Kami juga satu tim futsal sekolah," sambungnya lagi.





Sambil menyelam minum air. Mungkin itu peribahasa yang paling tepat untuk Alvi. Gabung di Java bukan hanya sekadar rayuan Eric semata.

"Gabung di Java kemudian berkompetisi di IJL sebenarnya juga ingin tambah skill dan jam terbang, siapa tahu bisa saya tuangkan di tim futsal sekolah," ujar Alvi.

"Futsal dan sepak bola saat ini jalan beriringan. Hobi saya memang berolahraga, dari renang sampai taekwondo juga dicoba," tambah bocah yang tinggal di Cijantung, Jakarta Timur itu.



Total sudah ada empat gol Alvi sumbangkan untuk Java selama berkompetisi di IJL U-13. Meski belum bisa menghindarkan timnya dari kekalahan, aksinya sudah cukup membetot mata penonton.

Kecepatan akselerasi jadi keunggulan Alvi. Fisiknya juga terbilang prima dengan tugasnya sebagai juru gedor gawang lawan. Satu lagi, ia punya tendangan yang cukup keras dan mematikan.

Tidak heran nomor punggung 10 melekat dalam jersey Alvi. Di satu sisi ia mengakui tidak mudah memanggul angka keramat.

"Nomor ini pilihan teman-teman setim di Java. Saya jadi lebih termotivasi karena dari angka 10 banyak lahir pemain hebat seperti Pele, Diego Maradona, Zinedine Zidane, Ronaldinho, Lionel Messi sampai Neymar," ungkap Alvi.



"Tidak tahu kenapa mereka percayakan nomor 10 ke saya, ada sedikit beban tapi saya lepaskan saja semuanya di atas lapangan," tegas Alvi.



Ya, Alvi tak mau lari dari tanggung jawab. Didikan keluarga dengan latar belakang militer yang sangat kental membuat dirinya lebih siap menghadapi tantangan.

Disinggung soal rencana mengikuti jejak sang ayah, Alvi nampak masih malu-malu. Ia sendiri menekankan mimpinya belum berubah untuk menjadi aktor rumput hijau Tanah Air.

"Kakek dan ayah saya pensiunan tentara, keluarga besar rata-rata dari militer semua. Tapi tidak ada paksaan untuk mengikuti jejak mereka," ujar Alvi.

"Saya sendiri kurang tertarik menjadi tentara, cita-cita saya ingin jadi pesepak bola profesional," tambah Alvi.



Meski demikian Alvi sendiri sadar menjadi seorang pesepak bola di Indonesia belum bisa dibilang cukup menjanjikan dari sisi ekonomi untuk hari tua. Namun dari kerikil tajam itu pula DNA prajurit Alvi bekerja.

"Saya tahu kalau menjadi pemain sepak bola di Indonesia itu risikonya lebih banyak. Kita tidak tahu sampai usai berapa bisa eksis terus, hantu cedera tak jarang memaksa pensiun muda. Beda dengan jaminan hidup saat menjadi seorang tentara," tutur Alvi.

"Tapi saya tidak peduli, mau sekaya ataupun semiskin apapun saya akan berusaha mengejar mimpi. Yang penting saya memang cinta bermain bola," tandas Alvi.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa