Sepenggal Cerita Manis Laga Perang Bintang IJL U-13




IJL.Com- Laga perang bintang jadi salah satu rangkaian cerita pemanis puncak acara kompetisi IJL U-13 musim 2018/2019. All Stars Phenomenon dan Sensation sama-sama kuat, papan skor pantas dibuat berwarna.

Sabtu (24/8) yang lalu, di Lapangan Nirwana Park Sawangan berjejer 44 pemain terpilih dengan kualitas terbaik dari gelaran kompetisi IJL U-13. Laga sengit bertajuk perang bintang disuguhkan, rumput hijau dibuat terhentak, jantung penonton berdegup kencang.

Dari seragam tempur yang berbeda-beda mereka dikumpulkan dalam satu kebanggaan dengan rasa yang sama. Jersey IJL All Stars begitu manis dikenakan, senyum semringah terpancar menyegarkan. Tak ada lawan, semua kawan.





Skuat All Stars Sensation asuhan Yance Putra sendiri unggul terlebih dahulu lewat gol Alfin Alfareza. Manuver tajam winger ASTAM tersebut diakhiri sebuah tendangan keras hingga membuat jala gawang Phenomenon yang dikawal Bima Aidil (M'Private Soccer School) bergetar.

Rentang 1x35 menit babak pertama, skuat Sensation memang terlihat jauh lebih mendominasi permainan. Turun dengan pakem 3-5-2, Muhammad Rafly Ikram Selang dan kawan-kawan begitu cantiknya memainkan atmosfer pertandingan.





Sensation memang beruntung punya pemain sekelas Selang disokong dua gelandang bertenaga kuda dalam wajah Dzaky Fawwaz (ASTAM) dan Adam Restu Perdana (Salfas Soccer). Belum lagi dengan duet Odilo Pinutusta (ASIOP) dan Reza Wahyu Hidayat (ASTAM) di lini depan.





Namun tembok tebal pertahanan Phenomenon juga tidak mudah begitu saja ditembus. Poros dua bek militan, Yoga Aji Saputra dan Muhammad Ferdi betul-betul spartan melayani gaya permainan indah skuat Sensation.





Babak pertama usai dengan keunggulan 1-0 untuk skuat All Stars Sensation. Seperti yang dikatakan Yance Putra, inti dari sebuah laga perang bintang adalah sebuah daya tarik untuk menghibur penonton.

"Formula pertama racikan tim komite IJL sangat menarik, semua pemain sudah saling terkoneksi masing-masing. Ya paling penting bukan hanya anak-anak yang terhibur tapi juga penonton," ujar Yance.



Di babak kedua, Yance tanpa ragu langsung mengganti barisan pemain starting line-upnya. Papan skor memang bukan jadi tujuan utama, filosofi sepak bola menghibur tetap ia pegang teguh.

Daffa Prananda, Izzat Zufry, Arjuna Satrio dan Muhammad Rija Khairirafi dan barisan pemain supersub pun tak kalah bermain dengan dahsyatnya. Sepak bola menyerang tetap diperagakan, jarang sekali si kulit bundar keluar lapangan.





Pergantian pemain yang digeber Yance diraba dengan sangat baik oleh All Stars Phenomenon. Kalau di babak pertama mereka terkesan masih malu-malu, di interval kedua tim asuhan Mulyadi langsung tancap gas.

Hasilnya,  striker Indonesia Rising Star, Alief Apikri yang diramal dari jauh-jauh hari akan menjadi pembeda benar-benar menunjukkan sinarnya. Pemain dengan naluri dan insting gol mirip penyerang legendaris Chelsea, Didier Drogba tersebut langsung memborong dua gol salah satunya lewat titik penalti hingga skuat Phenomenon berbalik unggul 1-2.



Alief memang baru panas di interval babak kedua. Mendapat sokongan bola-bola crossing jadi makanan empuk pemain yang diberi kepercayaan memanggul nomor punggung 10 tersebut.



Kejelian Mul membaca alur pertandingan memang patut diberi acungan jempol. Memberi nyawa tambahan tim Phenomenon lewat Irsan Nur Azzis (Abstrax FA) sampai Ervin Suardani (Garuda Junior) adalah sebuah keputusan jitu nan terukur.





"Pakemnya dari babak pertama sudah bagus, tinggal dilanjutkan di babak kedua. Saya kira ini memang benar-benar barisan anak-anak terpilih. Kagum saya, enak sekali mainnya," ujar Mul.



Tak mau terus berada dalam tekanan, Sensation lebih efektif melancarkan serangan-serangan balik. Ujungnya mereka mampu menyamakan kedudukan lewat eksekusi 12 pas penggawa Brazilian Soccer School, Arjuna Satrio. Dengan lihainya, Arjuna mengecoh kiper Phenomenon yang kali ini dijaga oleh penjaga gawang Laskar Pelangi, Aidil Akbar. Skor 2-2 bertahan sampai peluit panjang dibunyikan.



Dari 44 pemain IJL All Stars ini nantinya akan dikerucutkan menjadi 18 nama terpilih guna masuk dalam satu kesatuan gerbong IJL Elite. Turnamen internasional regional Asia Tenggara sudah menunggu mereka dalam waktu dekat.

"Tradisi kami memang tiap musimnya menggelar laga perang bintang kemudian membentuk tim yang diberi julukan IJL Elite.  Ada kebanggaan tersendiri mengumpulkan mereka dalam satu payung yang sama," ujar Rezza Lubis, CEO IJL.


"Saat berlaga di turnamen internasional pun bukan gelar juara yang kami bidik, lebih daripada itu kami ingin memberi apresiasi atas perjuangan dan jerih payah mereka selama bergelut dalam satu musim kompetisi IJL. Semoga nantinya anak-anak terpilih ini bisa jadi satu rangkaian investasi jangka panjang untuk wajah masa depan Timnas Indonesia," tegas Rezza.





  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa