Stefanus Tri Harjanto: Menjaga Dapur BMIFA Tetap Ngebul




IJL.Com- Tak kenal mengeluh, pandai-pandai bersyukur adalah cara manajer BMIFA U-9, Stepanus Tri Harjanto menikmati hidup. Sudah terbiasa menjadi seksi repot, dari urusan dapur merambah ke arena rumput hijau.

Menjadi manajer tim sepak bola tidak semudah yang dibayangkan. Jangan salah, tugasnya bukan cuma duduk-duduk di bench sambil mengamati jalannya lika-liku pertandingan. Ikut putar otak? Jelas!

Di kancah sepak bola Eropa khususnya Liga Inggris, manajer punya peran ganda sebagai pelatih. Tidak hanya sekadar meramu formula permainan di atas lapangan namun juga terjun langsung dalam proses transfer pemain, pengembangan akademi serta menjaga citra klub di mata publik. Contoh paling sukses, sebut saja Sir Alex Ferguson, arsitek legendaris Manchester United.

Di berbagai belahan negara, praktik pembagian tugas kepelatihan dan manajerial tim sepak bola memang tak semuanya sama. Indonesia, manajer dan pelatih masih menjadi sosok terpisah. 

Semisal Umuh Muchtar (eks Persib Bandung), Iwan Budianto (eks Persik Kediri & Arema Malang) hingga teranyar Bambang Pamungkas (kini Persija Jakarta) yang ditunjuk sebagai manajer karena dinilai punya ide, pengaruh dan karisma besar. Hanya ada satu orang yang merangkap jabatan yaitu Rahmad Darmawan bersama Madura United.

Dari gelaran Indonesia Junior League pun tak jauh berbeda, meski levelnya baru di fase grassroot (akar rumput) kebutuhan akan sosok manajer tim jelas diperlukan. Tugasnya bak seorang penyambung lidah antara pelatih dengan orangtua murid sampai operator liga, maklum kompetisi bisa memakan waktu sampai enam bulan lamanya.

Seperti yang dilakoni manajer Benteng Indonesia Muda Football Academy (BMIFA) U-9, Stefanus Tri Harjanto. Peran ganda rela ia jalani disamping statusnya sebagai ayah dari bek andalan BMIFA, Cannafi Mufarrij Nuraflah Harjanto.

"Ibaratnya saya memang jadi perwakilan orangtua di skuat BMIFA IJL U-9 musim ini. Ada semangat dan motivasi luar biasa, makanya sejak pekan pertama tidak pernah absen," ujar Stepi, sapaan akrabnya.



"Deg-degan sih pasti karena harus dampingi langsung anak-anak dari pinggir lapangan dengan peran ganda. Terutama kalau bertemu lawan yang peringkatnya ada di atas BMIFA. Tapi itu justru yang membuat kami orangtua murid jadi lebih termotivasi. Sinergi paling utama," tambah Stepi seraya melempar senyum.



Faktanya memang tugas Stepi tidak hanya mentok saat BMIFA tengah melakoni pertandingan. Di masa seperti ini saat roda kompetisi tengah berhenti karena imbas penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat pandemi Covid-19, praktis ia harus rela jadi seksi lebih repot.

Bunyi telepon berdering atau nada pesan masuk tiap jam bagi Stepi tentu sudah biasa. Namun ia meyakini, tidak ada jerih-lelah yang patut disesali.

"Betul sekali, sudah jadi tugas saya mendampingi coach Amsori untuk memberi koordinasi supaya anak-anak masih bisa tetap jaga kondisi dan stamina di masa pandemi seperti sekarang ini. Termasuk tanggung jawab memberikan info terkini lewat grup WhatsApp orangtua murid ataupun masing-masing dijapri. Motivasi dalam bentuk apapun harus saya keluarkan," ungkap Stepi.



"Alhamdulillah, sampai saat ini bawa enjoy saja, rasa lelah jadi tidak terasa. Anak-anak BMIFA yang berlaga di atas lapangan malah jadi inspirasi saya, selelah apapun mereka kalau ingat kobaran semangatnya langsung lupa capeknya," tambah Stepi lagi seraya melempar senyum semringah.





Berawal dari Dapur

"Bakat" Stepi menjadi seksi repot ternyata diawali kemampuannya sebagai wirausahawan. Sudah dari dua tahun lalu ia bersama sang istri mendirikan rumah makan khas masakan Betawi.

Diberi nama 'Warung Makan Betawi Ibu Nur', yang letaknya ada di Jalan Raya Mauk No.21 Km.7 , Cadas, Sepatan, Kabupaten Tangerang. Tempat memang tidak terlalu besar, tapi soal rasa jelas bisa diadu. 

Dari usaha itu pula, Stepi paham betul caranya mengucap syukur. Masa pandemi Covid-19 tak lantas membuat ia berkeluh-kesah. Menurutnya, rezeki tak akan lari kemana.

"Usaha kuliner merakyat lah bisa dibilang, kecil-kecilan. Kalau omset Alhamdulillah bersyukur saja, hari ini semisal turun besoknya Insya Allah rame. Semua ada rezekinya masing-masing dari Allah SWT buat menghidupi keluarga terutama tiga anak saya," ujar Stepi.

"Sebelumnya yang urus semua itu kan kakak saya. Dua bulan terakhir ini karena saya sudah resign dari pekerjaan tetap ya akhirnya terjun ke dapur juga. Sesekali ambil freelance di bidang pertanian jadi bisa atur waktu mendampingi Cannafi latihan," ungkap Stepi.



"Menu andalannya ada nasi uduk. Soto Betawi yang jadi favorit Cannafi juga ada," tambah Stepi kembali mengumbar senyum.



Dari sisi yang lain, Stepi seraya berharap pandemi Covid-19 bisa dengan cepat teratasi. Pasalnya, kerinduan untuk menemani Cannafi dan kawan-kawan mandi keringat di atas medan laga sudah tak tertahankan lagi.

Saat ini, dapur dan rumput hijau sejatinya jadi jalan Stepi menikmati lembaran demi lembaran alinea kehidupan. Doa pun ia layangkan untuk Cannafi.

"Kalau saya memang sudah dari dulu suka sepak bola. Klub favorit? AS Roma, pemain favorit? Pasti dan jelas, Francesco Totti. Kalau Cannafi beda, dia sangat ngefans dengan Fabio Cannavaro, makanya lebih memilih posisi sebagai bek," ujar Stepi.



"Ya semoga kesulitan apapun yang dihadapi Cannafi karena efek pandemi ini justru membuat dia semakin rajin kejar hobi, mimpi serta cita-citanya di sepak bola. Tidak lupa makin rajin ngaji di pesantrennya karena semua dibarengi doa dan usaha," pungkas Stepi.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa