Tunas Asa: Berteriak 'The Show Must Go On'

IJL.Com- Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai adalah semboyan yang layak dilayangkan untuk anak-anak Tunas Asa Soccer School U-11. Meminjam lagu legendaris dari band Queen, 'The Show Must Go On'.

Tunas Asa Soccer School U-11 bukan hanya sekadar nama namun laksana doa yang tak terucap oleh kata-kata. Asam-garam dinamika roda pembinaan sepak bola usia dini tidak membuat tim asal Bantar Jati, Cipayung, Jakarta Timur ini berhenti mengais asa demi asa.

Jelang lanjutan laga pekan keenam Indonesia Junior League U-11 versus ASIOP dan All Star Galapuri yang akan berlangsung Minggu (31/1) misalnya, bongkar-pasang pemain di tengah badai pandemi Covid-19 jadi konsekuensi. Meski demikian, "the show must go on"!

"Alhamdulillah, semangat anak-anak dan tentunya orangtua murid masih sama seperti saat laga pekan pertama lalu walaupun memang ada beberapa pemain terpaksa mundur karena faktor ketidaksiapan terkait situasi pandemi," ujar CEO Tunas Asa Soccer School, Fitriani.

"Kami juga baru melakukan pergantian pelatih sejak pekan keempat lalu," tambah Fitri.

Wajah-wajah segar seperti Baim, Romzah, Raka, Benaya, Habibi siap mengorbit di atas rumput hijau demi menambah daya gedor armada Tunas Asa. Menarik pula menunggu sepak terjang Galang Rimba yang berhasil mencetak dua gol saat memetik kemenangan atas BMIFA. Jangan lupa sosok jenderal benteng pertahanan dalam wajah Ardian Bagaskoro.

Ya, meski masih terseok-seok di tabel klasemen, Tunas Asa dengan label tim debutan enggan ketinggalan mengirimkan talenta terbaiknya dalam daftar pemain terbaik IJL U-11. Bukan tidak mungkin wajah-wajah baru akan mencuri panggung dari pekan ke pekan seiring kian panasnya atmosfer pertandingan.

Namun, Fitri tetap meyakini etos kerja dan daya juang Gilang Rimba dan kawan-kawan di atas lapangan tak bisa terbentuk tanpa adanya penerapan nilai disiplin dari proses latihan. Sesuai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimana berlatih mengandung arti belajar dan membiasakan diri agar mampu (dapat) melakukan sesuatu.

"Ada beberapa perubahan strategi juga. Sebelumnya semua pemain yang terdaftar di IJL selalu kami bawa ke arena pertandingan, namun sekarang hanya 16 anak yang dibawa tiap pekannya," ujar Fitri.

"Pemilihan ini atas inisiatif pelatih sendiri berkaca dari tingkat kerajinan tiap pemain saat mengikuti sesi latihan," sambung Fitri.

"Tidak bisa dipungkiri bahwa saat bertanding semua tim pasti ingin menang, mau bawa pulang poin penuh tapi bukan berarti kemenangan adalah tujuan atau misi utama kami," tambah Fitri seraya tersenyum.

Pernyataan Fitri diamini sang pelatih, Jekson Harianto Tambunan. Menurutnya, fase yang harus dilewati anak-anak Tunas Asa saat ini harus sesuai koridornya yaitu bermain sepak bola dengan riang gembira.

"Kalau bicara adaptasi ke anak-anak Tunas Asa sebenarnya sudah tidak asing lagi karena saya sudah pernah melatih level grassroot. Intinya tetap sama, mengedepankan latihan dengan riang gembira dan paling terutama bagaimana membangkitkan kepercayaan diri anak-anak agar kemampuan serta talenta mereka perlahan muncul serta meningkat," ujar pelatih yang juga merupakan anggota Polres Metro Jakarta Timur tersebut.

Di tengah kesibukannya sebagai aparat penegak hukum, Jekson tak lantas "alergi" menyelami sepak bola akar rumput. Prinsip Polri sebagai penganyom masyarakat pun tetap ia pegang teguh di atas lapangan.

"Iya betul, ada persamaan juga antara tugas polisi dengan pelatih, salah satunya ya itu mengayomi," tutur Jekson sembari melempar senyum ramah.

"Ini sih yang saya rasakan saat masa awal-awal melatih anak-anak Tunas Asa. Pertama mungkin mereka takut karena tahu pelatihnya itu polisi, pikirnya mungkin galak ya. Tapi ternyata seiring waktu berjalan, anak-anak malah senang, nyaman, banyak kejadian lucu dan jadi tidak menyangka kalau saya seorang polisi," tandas fans berat Jurgen Klopp dan Rahmad Darmawan itu tak kuasa menahan tawa.