Wawancara Eksklusif Marwal Iskandar: Jangan Sakiti Hati Pesepak Bola Usia Dini


IJL.Com- Marwal Iskandar buka suara soal keputusannya terjun di level sepak bola usia dini sebagai duta PSSI. Harapannya untuk Indonesia Junior League begitu besar dari mulai menjadi arena pelatih-pelatih lokal memperbaharui ilmu sampai membentuk karakteristik pemenang calon aktor rumput hijau Tanah Air. Simak wawancara selengkapnya bersama IJL News


Apa yang melatarbelakangi seorang Marwal Iskandar mau terjun hingga menjadi duta PSSI untuk sepak bola usia dini?

Adanya Filosofi sepak bola Indonesia (Filanesia) membuat saya terpanggil, negeri ini luas, kita harus menggariskan konsep dan pandangan soal cara bermain. Tidak bisa instan memang harus butuh proses, kunci pertamanya dimana? Ya di level akar rumput


Dulu Marwal Iskandar dikenal sebagai pemain yang keras dan sekarang identik dengan sepak bola usia dini. Bagaimana cara mencuri hati anak-anak, apa ada trik khusus?

Ya begitu memang kalau sebut Marwal yang paling diingat adalah pemain yang paling suka menggulung lengan jersey (ha-ha-ha). Tapi itu hanya sebagai bukti kalau saya pekerja keras, bukan emosional loh ya

Begitu juga saat kita terjun di sepak bola usia dini, harus kerja keras membuat anak-anak yang tidak bisa menjadi bisa, apa mudah? Ya tentu tidak. Harus lebih banyak mengelus dada

Tapi apa harus dilewati dengan cara emosional? Jawabannya jangan sampai. Pelatih di level grassroot bukan hanya sekadar melatih, ini anak-anak psikologis mereka masih naik turun. Apa yang dilihat akan ditiru ke depannya. Selami dunia anak-anak, dengarkan keluhan mereka, jawab keluhan mereka dengan sepak bola. Toh sepak bola tujuannya adalah bermain dengan riang gembira.

Jangan sakiti hati anak-anak, itu tujuan utama pembinaan usia dini. Buat mereka jatuh cinta dengan sepak bola dengan cara menghormati kawan, lawan, wasit. Sekali lagi harus ingat, pemain akan mencontoh apa yang dilakukan pelatihnya.



Agustus kemarin baru pulang dari Jerman mewakili Indonesia untuk mengikuti Sport For Development. Catatan penting apa yang didapat saat berguru disana?

Satu yang paling sangat terasa, pelatih harus lebih banyak berani bertanya apa itu sport for development. Kalau dibilang sepak bola Indonesia itu sudah ketinggalan jauh sebenarnya tidak juga.

Saya yakin kita masih bisa banyak berubah, apa kuncinya? Salah satunya yaitu pelatih-pelatih di level grassroot harus paham betul apa arti pentingnya sebuah proses bagaimana cara membentuk karakter pemain. Sport for development itu sangat penting dan ada sistemnya, karakter sepak bola Indonesia akan terbentuk dari cara pelatih menciptakan pemain


Di iklim sepak bola usia dini Indonesia terkadang peran orangtua terlalu punya intervensi berlebih. Bagaimana harusnya pelatih SSB bersikap?

Tidak bisa dipungkiri memang di lingkaran grassroot, campur tangan orangtua besar sekali, saya hitung mungkin sampai 60 persen. Tapi apa pelatih hanya bisa tinggal diam, tentunya saya harap tidak. Pelatih di level akar rumput tidak hanya sekadar melatih, kita harus benar-benar pegang kalimat tersebut

Untuk orangtua tentunya saya selalu berpesan, percayakan semuanya di tangan pelatih. Lalu dimana garis batasnya? Orangtua bisa berperan saat si anak menjalani kehidupan sehari-harinya di rumah, memperkenalkan pola makan yang sehat misalnya, sederhana tapi ini pentingnya luar biasa karena sebagai atlet akan dibawa sampai berapa puluh tahun ke depan.



Di level sepak bola usia dini, apa arti kata juara yang sesungguhnya dari kacamata Marwal Iskandar?

Saat sudah berada di atas lapangan, semua tim selalu ingin mengakhiri laga dengan kemenangan, di level sepak bola usia dini pun seperti itu, tidak bisa kita pungkiri, toh menang juga adalah sebuah tujuan dari rangkaian proses. Tapi ada yang lebih penting daripada sekadar menang, menang dan menang yaitu ajarkan anak-anak untuk punya karakteristik dan mental seorang pemenang.

Di level sepak bola usia dini, seorang pelatih tidak boleh lelah menanamkan apa arti dari juara sejati untuk dirinya pribadi dan juga anak-anak didiknya, gelimang trofi bukan ukuran. Percayalah, pemenang itu dilahirkan bukan lewat proses instan.


Mulai banyak pelatih-pelatih muda yang melatih SSB dan bergelut di sepak bola usia dini sebagai mata pencaharian. Seberapa penting kesadaran mereka untuk upgrade lisensi kepelatihan?

Bagus dan saya ingin angkat topi. Jangan pernah malu untuk banyak belajar. Sepak bola sekarang makin dan terus berkembang.

Ada pelatih yang punya rekam jejak mantan pesepak bola atau hanya sekadar hobi. Tapi modal sebagai mantan pemain saja tidak cukup sekarang. Kembali, sama seperti pemain, menjadi pelatih pun harus mulai dari nol. Update, upgrade dan refresh.


Bagaimana melihat antusiasme pelatih-pelatih dari kompetisi IJL yang mengikuti kursus Filanesia, ada harapan untuk kompetisi IJL?

Bukan sekali dua kali saya memperhatikan IJL. Salut dengan cara IJL menciptakan iklim kompetisi sepak bola yang tidak hanya ketat tapi juga sehat. Ada babak penyisihan grup lalu kemudian dibagi lagi menjadi Champions dan Plate artinya memperhatikan jam terbang pemain jadi tujuan utama.

Saya kemarin bilang ke pak Rezza Lubis (CEO IJL), 38 orang pelatih yang terdaftar di kursus Filanesia on The Road ini masih kurang, kalau perlu nanti diatur lagi tumplek blek tumpah ruah semua pelatih ikut hadir, tukar ilmu sharring tanya jawab Filanesia dengan teman-teman pelatih dari kompetisi IJL

Saya yakin lima tahun ke depan, Timnas Indonesia bisa petik hasil panen lewat kompetisi IJL.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa