IJL.Com- Janji manis berhasil ditepati penggawa Cipta Cendikia FA, Achmad Ridano Sania. Gol cantik berbalut rasa rindu.
Cipta Cendikia FA (CCFA) mampu mengatasi perlawanan Maesa Cijantung di pekan keempat IJL Mayapada U-13 Grup Sensation, Minggu (4/11). Bermain penuh determinasi, tim asuhan Yance Putra itu pulang dengan skor dua gol tanpa balas.
Salah satu pencetak gol CCFA adalah Achmad Ridano Sania di menit ke-14. Terbilang apik manakala prosesnya diawali skema free-kick hingga berakhir lewat sundulan kepala dengan posisi membelakangi gawang. Satu kata, berkelas!
Senyum merekah terpancar jelas dari tribun penonton pasca Ridano mencatatkan namanya di papan skor. Ada rasa haru orangtua yang tidak bisa ditutupi.
"Dia menepati janjinya, kemarin Ridano memang janji mau bikin gol," ujar sang ibu, Dewi Arora.
"Pekan sebelumnya saya bersama suami tidak bisa datang dan kemarin Ridano minta sampai memohon supaya orangtua juga adik-adiknya nonton langsung, mau bikin gol katanya ehh benar kejadian tuh," ujar wanita asal Cibitung, Bekasi itu sambil menahan rasa haru.
Gelaran IJL Mayapada U-13 di Stadion Mini Cisauk memang jadi cara Ridano melepas rindu untuk kedua orangtuanya. Bukannya tanpa sebab, menimba ilmu di Sekolah Cipta Cendikia yang mengusung konsep pendidikan asrama praktis membuat pemain bernomor punggung sembilan itu tidak bisa bertemu setiap hari dengan keluarga.
"Sudah empat bulan Ridano di CCFA, anak pindahan, sekarang duduk di kelas delapan. Kalau kangen ya kangen, kebetulan dia ini anak pertama dari lima bersaudara. Tapi kami semua sudah paham konsekuensi pendidikan asrama," ujar ayah Ridano, Ismat Sania.
"Biasanya ibunya itu yang kalau kangen langsung telepon tapi tidak bisa ke Ridano langsung, paling hanya lewat guru atau pelatihnya, minimal bisa titip pesan lah. Adik-adiknya malah terus bertanya kapan kakaknya pulang," ujar Ismat sambil tersenyum.
Demi masa depan sang anak, Ismat dan Dewi memang rela untuk menahan rasa rindu. Ia meyakini rasa disiplin bisa dibentuk dengan banyak macam cara meski pilihannya harus jauh dari orangtua.
Ridano yang tadinya bangun setelah ayam berkokok kini menjadi pribadi lebih bisa menghargai waktu. Satu lagi, paham arti sebuah tanggung jawab.
"Saya lihat setelah empat bulan di CCFA, Ridano ini sudah mengerti arti disiplin. Menghargai waktu untuk belajar, olahraga dan istirahat. Saya ini hanya seorang buruh pabrik, ingin mengantarkan anaknya raih cita-cita setinggi-tingginya," ujar Ismat.
"Kalau dia mau jadi pesepak bola profesional saya dukung tapi di Sekolah Cipta Cendikia dia juga diajarkan agar atlet tidak hanya pakai otot tapi juga otak, pendidikan juga tidak bisa dilupakan," tambah pria berusia 45 tahun itu.
Selepas Ridano keluar dari lorong Stadion Mini Cisauk, rindu itu memang langsung terbayar lunas. Meski sebentar tapi terbilang sarat makna.
"Betul kalau dibilang gara-gara IJL Mayapada U-13 ini seperti cara kami melepas rindu ke anak-anak, saya rasa orangtua pemain lainnya di CCFA merasakan hal sama. Selepas bermain, paling ya hanya 30 menit bertegur sapa. Tapi tidak apa-apa, Ridano punya tekad kuat untuk banyak belajar di Sekolah Cipta Cendikia," tutup Ismat.