Air Mata Rakha Achmad Suparyadi untuk Magisnya Si Kulit Bundar




IJL.Com- Bagi Rakha Achmad Suparyadi, sepak bola adalah belahan hidupnya saat ini. Tidak jarang air matanya menetes tanpa henti hanya karena magisnya dunia si kulit bundar.

Sudah dua musim berturut-turut Rakha Achmad Suparyadi merasakan kerasnya persaingan di kompetisi Indonesia Junior League. Musim 2017 lalu berseragam Gelora Poetra U-9 di bawah asuhan Aris Indarto dan 2018 ini naik ke U-11 dibesut Muhammad "Aseng" Arfan. 

Di usianya yang masih terbilang sangat muda yaitu sembilan tahun tiga bulan, jam terbang Rakha memang terus dipupuk. Bermain sepak bola dengan rasa gembira jadi fokus utamanya di atas lapangan.

Kalau sudah bicara soal sepak bola, jiwa bocah kelas 3 SD itu memang sangat menggebu-gebu. Salah satunya seperti yang diceritakan sang ayah, Hendra Suparyadi.

Namun faktanya, proses bergabungnya Rakha ke Gelora Poetra berawal dari sebuah ketidaksengajaan. Keluarga besar Rochi Putiray disebut Hendra punya peranan besar.

"Sudah dari usia tujuh tahun Rakha gabung di Gelora Poetra. Awalnya sama sekali ga suka sepak bola dia," ujar Hendra.



"Ceritanya saat saya datang ke Senayan lihat-lihat SSB untuk daftarkan abangnya Rakha, tapi ada suatu momen Nicky Putiray (om dari Rochi Putiray) menggandeng Rakha. Opa Nicky langsung ajak Rakha bergabung. Saya masih ingat betul saat itu ia latihan pertama masih pakai sepatu kets," terang Hendra.



Lambat laun rasa cinta Rakha untuk sepak bola terus tumbuh. Bahkan tak jarang ia meneteskan air mata hanya karena si kulit bundar.

Ya, sebuah fakta terungkap kalau Rakha memang sedang gila-gilaannya dengan dunia si kulit bundar. Baginya sepak bola adalah separuh hidupnya saat ini.

"Awal Rakha suka sepak bola memang semuanya tidak sengaja, sekarang dia malah jadi tergila-gila. Kalau Gelora Poetra ada jadwal libur latihan saja pasti dia nangis," ungkap sang ayah.


"Ya saya sekarang harus pintar-pintar atur siasat, kalau Gelora Poetra ada libur maka saya pasti konsultasi ke tim pelatih seperti Rochi Putiray, Aris Indarto dan Heri. Beruntung ada coach Heri yang persilakan Rakha ikut latihan di Tunas Jakarta di lapangan Blok S. Masalahnya kalau sudah nangis gara-gara sepak bola bisa sampai ga mau sekolah dia," ujar pria berusia 42 tahun itu.


"Termasuk sekarang karena libur latihan selama puasa dan lebaran, masih nangis juga Rakha. Yang ada di pikirannya hanya sepak bola saat ini," sambung Hendra.





Meski demikian, tangisan itu rasanya bisa jadi motivasi tambahan bagi Rakha untuk terus bergerak maju. Apalagi jersey Gelora Poetra dengan nomor punggung 12 sudah melekat untuk dirinya.

"Pernah juga waktu 2017 kemarin tidak bisa tembus skuat IJL All Stars, Rakha nangis. Tapi untungnya dibantu Pak Rezza Lubis dia bisa cicipi lawan pemain bintang Indonesia Junior League meski hanya di laga uji coba. Senang sekali dia," ujar Hendra.


"Tim-tim pelatih di Gelora Poetra selalu tahu kalau Rakha nangis bukan karena cengeng tapi dia punya motivasi besar, tinggi sekali. Lihat saja ia pilih nomor punggung 12 sendiri, mau jadi seperti Marcelo (bek Real Madrid) katanya," tutur Hendra seraya tersenyum.



Selayaknya orangtua, doa tulus tak lupa dipanjatkan Hendra untuk Rakha. Salah satunya melanjutkan mimpi sang ayah yang tidak pernah kesampaian.

"Harapan saya sih Rakha bisa mewujudkan mimpi ayahnya, dulu saya ingin sekali jadi pesepak bola. Namun nasih berkata lain, sudah gabung di UMS tapi jatuh cedera saat usia 16 tahun," tandas Hendra.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa