BMIFA Ingin Tetap Konsisten Mengawal Mimpi Besar Ibad Salman Abiyu




IJL.Com- Kabar duka menyelimuti keluarga besar kontestan IJL Mayapada 2018, BMIFA-TIK TAK U-9. Pada Selasa (17/4), orangtua dari salah satu pemain mereka, Ibad Salman Abiyu menghembuskan nafas terakhirnya setelah lama mengidap penyakit kanker.

Tangis Ibad Salman Abiyu pecah menjelang adzan subuh. Ibunda Ibad, Hj.Firsty Ladini Martini harus pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya setelah berjuang melawan kanker.


Kesedihan Ibad jadi duka pula untuk seluruh keluarga besar Benteng Muda Indonesia Football Academy (BMIFA). Apalagi pemain yang biasa berposisi sebagai penyerang itu sudah cukup dikenal tidak hanya di kalangan pelatih tetapi juga orangtua siswa BMIFA.

"Ibad gabung ke BMIFA sejak 2017. Kalau latihan anak ini sama sekali tidak pernah diantar oleh ibunya, selalu sendiri ya kadang saya lihat naik ojek atau becak yang penting datang ke tempat latihan, tepat waktu pula," ujar sang pelatih, Amsori.


"Kami juga sebelumnya tidak pernah tahu kalau almarhumah mengidap penyakit kanker, Ibad juga ga pernah cerita. Paling ibu Firsty hanya titip ke saya atau orangtua pemain lain jika Ibad ada jadwal tanding di IJL," sambung Amsori.





Amsori sendiri melihat Ibad bukan sosok anak yang pendiam. Bocah yang lahir di Tangerang, 6 Januari 2009 itu bahkan kerapkali jadi orang yang paling pertama marah jika teman-temannya banyak bercanda saat latihan tim digelar.

Menurut Amsori, karakter Ibad memang dirasa berbeda-beda dibanding pemain seusianya. Tidak heran, ada rasa salut ia ucapkan.

"Dia ini sebenarnya tipe anak yang periang dan suka bercanda, tapi kalau sedang latihan Ibad ini paling serius. Dia pasti ngomel kalau ada teman-temannya yang tidak mendengarkan instruksi pelatih," tutur Amsori.







"Ya mungkin itu datang karena sifat mandiri yang ia punya. Setiap latihan selesai, dia langsung bergegas cuci sepatunya sendiri. Rumahnya memang tidak terlalu jauh dari markas BMIFA tapi saya salut dengan karakter anak ini, mungkin karena dia tahu ibunya memang sedang sakit," sambung Amsori.



Kini, Amsori menyadari tugasnya tidak hanya menjadi pelatih semata untuk seorang Ibad. Ada niat tulus darinya agar mimpi besar sang anak asuh tidak hilang seiring kepergian sang ibu.

"Saya ingin terus memberi dorongan dan motivasi untuk Ibad, anak ini benar-benar mau bisa bermain bola dengan baik dan benar," tegasnya.

"Nanti mau bicara juga ke manajemen dan orangtua anak didik BMIFA perihal Ibad agar ia bisa tetap terus latihan, ikut bertanding dan tidak patah semangat. Saya juga salut dengan keluarga besar BMIFA U-9 yang ingin ikut konsisten mengawal mimpi anak ini," tandas Amsori.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa