IJL.Com- Jantung Bernard Martin Mastua berdetak tidak karuan saat melihat Daniel Junoran jatuh bangun mengawal mistar gawang Atlas FC. Lugu berujung tawa.
Atlas FC jadi tim debutan yang berani ambil bagian dalam kompetisi Indonesia Junior League U-9. Pada detik-detik terakhir, tim yang bermarkas di Rawamangun itu mampu lolos dari ketatnya rangkaian verifikasi.
Konsekuensinya, Atlas harus rela masuk dalam derasnya badai ombak persaingan. Berhadapan dengan sang juara bertahan, ASIOP sampai bertatap muka kontra SSB legendaris Indonesia Muda Utara.
Bukan semudah membalikkan telapak tangan tentunya. Meski demikian, Atlas ogah ciut nyali. Target mereka jelas, berburu jam terbang.
"Atlas adalah singkatan dari Al-Azhar 13 yang berdomisili di Rawamangun. Kami sudah empat tahun merintis kegiatan sepak bola yang merupakan bagian dari program pembinaan usia dini. Alhamdulillah dapat dukungan dari semua pihak terutama orangtua murid dan pihak sekolah," ujar manajer tim, Bernard Martin Mastua.
"Intinya ikut IJL ini kami ingin memberi pengalaman berharga buat anak-anak agar dapat berkompetisi. Sebenarnya sudah dari sejak tahun lalu kami mau ikut serta tapi 2019 ini baru rezekinya," tambah Bernard seraya tersenyum.
Perjuangan Atlas baru saja dimulai, kerikil tajam sudah diinjak. Pada tiga laga awal mereka harus rela mengakui keunggulan FU15FA Bina Sentra (0-1), GRT Sitanala (1-3) dan Indonesia Muda Utara (1-2).
Penampilan Atlas sebagai tim debutan memang bisa dikatakan tidak terlalu buruk, cukup ngotot. Setidaknya ada titik sinyal cerah kalau mereka enggan sekadar numpang lewat di IJL.
Aksi sang kiper, Daniel Junoran misalnya, enam bola yang bersarang di gawang tidak lantas membuat kepalanya tertunduk. Penampilannya patut diberi acungan jempol. Pekerjaan rumah paling besarnya ada dari segi penempatan posisi. Masih ada banyak waktu untuk segera diperbaiki.
Daniel sendiri adalah putra dari Bernard. Praktis laga debut Atlas yang lalu ibarat wahana roller coaster untuk pria yang berdinas di Kementerian Perhubungan tersebut.
"Juno jadi kiper itu memang pilihan pelatih Atlas. Lama-kelamaan nyaman dengan tugasnya tersebut, dia sangat mengidolakan Marc Andre Ter Stegen," jelas Bernard.
"Saya sih bebas, selama Juno nyaman dengan pilihan tersebut ya oke-oke saja, paling penting ia paham sebuah arti tanggung jawab. Sebagai orangtua ada sensasi berbeda memang saat melihat anaknya berjibaku di bawah mistar gawang, awalnya deg-degan itu pasti," tambahnya.
Juno sendiri anak yang terbilang sangat-sangat lugu. Tidak jarang hal tersebut sampai membuat Bernard geleng-geleng hingga tak kuasa menahan tawa.
Usai menahan gempuran lawan di atas rumput hijau IJL lalu ada sedikit curhat dilayangkan Juno untuk sang ayah. Ya, sedikit ungkapan rasa "sesal".
"Selesai pertandingan, Juno curhat ke saya katanya dia kebobolan karena tidak dilindungi oleh malaikat, di situ pula ia mengaku kalau malamnya lupa shalat tahajud," tutur Bernard seraya tertawa lebar.
"Sekarang, hampir setiap minggu nonton rekaman pertandingan di YouTube IJL sembari evaluasi. Pas ada top 10 goal pekan kedua lalu ada dua gol terbaik masuk ke gawangnya kemudian Juno bilang untuk pertandingan berikutnya tidak boleh lagi ada dia di dalam video tersebut," tambah Bernard.
"Keluguan Juno ini sebenarnya yang buat saya makin deg-degan," tandas Bernard kembali melepas tawa.