Dimas Febrian: Melompat Lebih Tinggi




IJL.Com- Postur yang terbilang mungil untuk ukuran seorang kiper bukan jadi halangan Dimas Febrian Saputra melompat lebih tinggi. Menjemput tongkat estafet dari legenda Timnas Indonesia.

Lini belakang Putera Utama Tambun jadi salah satu yang paling diperhitungkan di kompetisi Indonesia Junior League U-11 musim ini. Dari sembilan laga, baru ada empat gol bersarang di gawang mereka.

Nama Erlangga Fajryawan, sang jenderal lini belakang kerap disebut-sebut jadi aktor utama. Namun kurang afdol jika tidak menengok performa gres si kiper, Dimas Febrian Saputra.

Putera Utama Tambun memang hanya mendaftarkan satu penjaga gawang. Praktis, peran Dimas benar-benar tidak tergantikan dalam urusan membendung gelora ancaman tim lawan. Badai serangan sudah akrab menyapa hingga merasuk dalam dada.

Di pekan kelima IJL U-11, Dimas berhasil menorehkan performa terbaik. Terbukti sepakan penalti pemain ASIOP ia mentahkan lewat ujung kakinya. Heroik!

Gaya Dimas yang terbilang ekspresif cukup efektif meruntuhkan mental pemain lawan. Ia juga tidak sungkan memberi komando di benteng pertahanan Putera Utama Tambun yang "memaksa" rekan-rekan setimnya untuk tetap menyala sepanjang laga.

"Performanya sejauh ini sangat baik. Semoga penampilan Dimas tetap terjaga," ujar pelatih Putera Utama Tambun, Endhi Hendrawarman.



"Dimas kiper kami satu-satunya, jadi saya minta dia bermain lepas saja. Perbanyak senyum, tetap rileks," tambah eks pemain Persija Jakarta medio 90-an tersebut.



Dari ukuran postur, Endhi mengakui Dimas sebenarnya kurang memenuhi syarat untuk menjadi pemetik si kulit bundar di angkasa. Namun menurutnya, itu bukan jadi alasan untuk mudah minder atau bahkan sampai ciut nyali.

"Memang posturnya tidak memenuhi syarat (hanya 132 cm), tapi Dimas punya keunggulan dari segi antipasi bola-bola cepat. Ia juga dibekali daya reaksi yang sangat bagus," tegas Endhi.

"Sekarang di sepak bola, postur bukan harga mati," sambung Endhi.





Kiper bertubuh mungil sejatinya bukan lagi barang langka di arena sepak bola. Yang paling termasyhur sebut saja Jorge Campos (Meksiko), Angelo Peruzzi (Italia) atau Fabien Barthez (Prancis). Di Indonesia, jangan lupakan Yudo Hadianto atau Hendro Kartiko.

"Saya pernah bertemu langsung dengan Om Yudo, tingginya tidak melebihi saya," ujar Endhi seraya tersenyum.

"Sang legenda Timnas yang saya rasa layak jadi panutan Dimas," tandas Endhi.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa