IJL.Com- Keberaniannya berdiri di bawah mistar gawang All Star Galapuri bukannya tanpa cerita terjal. Sempat diragukan orangtua namun peran sang pelatih, Salim Permana jadi tiang pegangan.
Gaung Indonesia Junior League bukan lagi sesuatu yang asing di telinga kiper All Star Galapuri, Dzaki Nurfaizi. 2017 lalu namanya pernah terpilih dalam jajaran empat penjaga gawang terbaik IJL AP2 U-11.
Tantangan yang dihadapi Dzaki semakin meningkat dari musim ke musim. 2018 ini, gelaran IJL Mayapada U-13 jadi arenanya untuk kembali unjuk gigi.
"Menurut saya persaingan di level U-13 itu benar-benar sangat ketat, semua tim ingin menunjukan permainan yang bagus sehingga permainan sangat seru dan menarik. Jujur, musim ini saya jauh lebih tertantang," terang Dzaki.
Di bawah mistar gawang All Star Galapuri, Dzaki tidak berdiri sendirian. Ia bahu membahu bersama sang kolega, Arrizly Daffa Maliki demi "menarik" perhatian pelatih.
Persaingan sehat, itu yang selalu ditanamkan untuk kedua penjaga gawang. Dzaki pun meyakini tidak ada istilah anak emas di skuat All Star Galapuri.
"Iya betul, ada persaingan sehat antara saya dan Arrizly. Coach Salim Permana juga selalu menekankan pentingnya semangat dalam bermain siapapun lawannya di atas lapangan," tegas Dzaki.
Dzaki memang paham betul bagaimana disiplinnya seorang Salim Permana dalam membentuk mental pemain muda. Terpaan eks penggawa Perkesa 78 itu benar-benar berarti untuk dirinya.
"Sejak usia tujuh tahun saya di All Star Galapuri, awalnya bukan di posisi kiper tapi saya suka tantangan karena itu penjaga gawang jadi pilihan," jelasnya.
"Awalnya orangtua tidak setuju saya tapi ada bimbingan dari coach Salim, ia betul-betul sosok pelatih yang sabar dan senang dengan keberanian saya. Perlahan saya beri bukti pilihan tersebut tidak salah lewat kemampuan melalui proses latihan dan bertanding," ungkap fans berat Persija Jakarta itu.
Proses itu sendiri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Karakteristik Salim Permana yang cukup keras kian membentuk mental Dzaki.
"Beliau selalu memperhatikan pentingnya kebersamaan antara manajemen dengan orangtua juga pemain, selalu ada acara makan-makan bersama. Masih ingat betul ulang tahun saya dirayakan bersama-sama di All Star Galapuri," ujar Dzaki.
"Dia sudah seperti sosok ayah bagi saya. Terkadang memang galak tapi selalu ada motivasi yang ia tanamkan," sambungnya lagi.
Motivasi berbalut rasa kekeluargaan itu yang terus dibawa Dzaki meski pada tiga laga awal tren negatif masih betah menghinggapi All Star Galapuri. Mau tak mau label juru kunci klasemen sementara Grup Sensation memang harus diterima kesebelasan asal Ciledug tersebut.
Meski demikian, sebagai pemain yang cukup berpengalaman di Indonesia Junior League, Dzaki ogah patah arang. Ia mengajak rekan-rekan setimnya untuk bangkit mengingat perjalanan kompetisi juga dirasa masih sangat panjang.
Ya, tidak ada yang tidak mungkin untuk Dzaki. Tiket 16 Besar bisa saja diraih asalkan semangat menggebu-gebu menyongsong tiap pertandingan selalu berbanding lurus dengan proses latihan dan aksi militan di atas lapangan.
"Pastinya kami ingin mencari kemenangan tapi saya dan teman-teman tahu prosesnya harus lewat latihan keras," tandas Dzaki.