IJL.Com- Terpaksa angkat kaki dari tanah kelahirannya, misi Hamid Amiri di atas rumput hijau bukan sekadar mengejar si kulit bundar. Membawa pesan damai, jangan ada lagi perang.
Dengan bahasa Indonesia yang sudah cukup fasih, Hamid Amiri dengan senang hati diwawancarai IJL News. Meski timnya yakni Student Soccer School U-13 harus kembali menelan kekalahan, tak ada sama sekali raut wajah kekecewaan menyelimuti pemain asal Afghanistan tersebut.
Ya, mendengar nama Afghanistan, yang terpatri saat ini tak lain adalah suasana mencekam. Hamid menjadi salah satu korban kekejaman perang.
"Saya datang ke Indonesia itu 2017. Terpaksa pergi dari Afghanistan, karena negara saya dilanda perang. Ya, semua sekeluarga ke sini," ujar Hamid.
"Awalnya ditempatkan di Bogor kemudian lima tahun ini di Jakarta. Status saya di Indonesia itu refugee (pengungsi). Jadi kemungkinan besar nanti saya bakal pindah lagi," sambung Hamid.
Hamid sendiri nampak memegang peribahasa dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Ya, Indonesia bukan sekadar tempat untuk berlindung.
Enam tahun berada di pangkuan 'Ibu Pertiwi', Hamid dengan mudah beradaptasi. Salah satunya melalui selera makanan.
"Saya sendiri yang mau belajar bahasa Indonesia. Sedikit-sedikit awalnya bicara pelan-pelan, kumpulin huruf-hurufnya gitu," terang Hamid.
"Saya suka dan nyaman tinggal di Indonesia. Apalagi kalau sudah makan di warteg," sambung Hamid tak kuasa menahan tawa.
Dari balik derai tawanya, Hamid sendiri berharap masa depannya bakal terus membaik meskipun kerinduan akan tanah kelahiran harus diredam. Ia juga menegaskan, tak ada perang yang membawa kebahagiaan.
Karena itu, dari atas rumput hijau, Hamid tak lupa membawa pesan damai. Stop War, Love Football!
"Situasi serba sulit di Afghanistan. Tidak boleh belajar, wanita juga tidak boleh keluar dari rumah. Kadang rindu tapi ya bagaimana susah juga keadaan di sana," ucap Hamid.
"Ya perang tidak akan pernah menyenangkan. Semoga tidak ada lagi perang di dunia ini karena pasti menyiksa," tandas Hamid.
SEKILAS INFO!!!!
