IJL.Com- Jersey Arema sudah tertanam betul di dada seorang Alexander Pulalo. Berapapun harga yang ditawarkan tidak akan mudah membuat Alex melepas identitas kebanggaannya tersebut. Pelatih berhati singa dari Parung Soccer School.
Pasca memutuskan untuk gantung sepatu pada 2010 bersama Semen Padang, nama Alexander Pulalo memang sudah jarang wara-wiri di kancah persepak bolaan nasional. Ia memilih "angkat kaki" dari dunia yang membesarkan namanya. Demi memenuhi kebutuhan ekonomi, pria asal Papua itu tak ragu bekerja di sebuah perusahaan stasiun televisi swasta.
Medio Februari 2018, nama Alexander Pulalo sontak kembali menjadi perhatian publik. Ia tiba-tiba muncul pada sebuah acara reality show di televisi bertajuk uang kaget. Kondisi finansial Alex dengan status mantan pesepak bola profesional Indonesia namun jauh dari kata cukup jadi tema besar yang diambil.
Namun Alex tetaplah sosok yang kita kenal saat masa jayanya dulu. Keras, pantang menyerah, berdaya juang tinggi dan punya mental baja. Ia tidak ingin publik kembali mengingat namanya hanya lewat sebuah acara reality show. Pilihannya jelas, sejak awal Maret 2018 ia kembali ke dunia kulit bundar dengan terjun di level pembinaan sepak bola usia dini.
Adalah sebuah SSB di pelosok Kabupaten Bogor bernama Parung Soccer School (PaSS) yang kini menjadi warna baru untuk kehidupan Alex. Sebagai tugas paling awal ia diberi kesempatan langsung menangani tim U-9 di kompetisi Indonesia Junior League.
"Seru rasanya menangani tim untuk level sepak bola usia dini. Teriak kesana-kemari, tidak bisa diam. Lebih tegang daripada saat masih jadi pemain," tutur Alex seraya tersenyum.
Dari lubuk hati yang paling dalam, Alex memang belum bisa sepenuhnya melupakan dunia sepak bola. Itu bisa terlihat dari jersey yang ia kenakan saat mengawal skuat PaSS di kompetisi Indonesia Junior League pada akhir pekan kemarin.
"Kalau jersey tim luar negeri, ya Italia bagi saya adalah pilihan utama. Pernah belajar di sana selama dua tahun (1994-1996) bagaimana caranya menjadi pesepak bola profesional dan itu kenangan yang masih sulit dilupakan," ujar Alex yang pernah tinggal di Negeri Pizza kala bergabung di proyek besar bernama PSSI Primavera.
Namun, jersey Italia tidak sepenuhnya betul-betul berharga bagi seorang Alexander Pulalo. Ada alasan kuat yang ia utarakan jika sudah bicara soal klub kebanggaan warga Malang, Arema.
"Oh jelas Arema adalah nomor satu. Kalau diurutkan kemudian ada jersey Timnas Indonesia lalu baru Italia," jelas mantan kapten Singo Edan di era Miroslav Janu itu.
Arema memang ibarat sebuah keluarga untuk Alex. Hubungannya dengan suporter Singo Edan, Aremania pun terjalin dengan sangat baik, beberapa kali ia mendapat undangan khusus untuk kembali menyambangi Bumi Ngalam.
"Bagi saya Arema bukan sekadar klub sepak bola. Berkostum Singo Edan dari 2004-2009, disana saya merasakan hangatnya kekeluargaan. Ada kekompakan yang sangat luar biasa. Aremania juga masih sering menghubungi saya sampai sekarang," tegas Alex dengan nada penuh semangat.
Dasar itu juga yang membuat Alex tak akan pernah rela jersey Arema yang pernah ia kenakan berpindah ke tangan orang lain. Ia simpan rapat-rapat "harta karun" kepunyaannya itu dengan penuh rasa bangga.
"Pernah ada yang menawar dan datang langsung ke saya dengan harga tinggi, tapi saya tidak mau melepas jersey Arema. Itu kebanggaan dan sangat mempunyai kesan tersendiri selama berkarir di rumput hijau," ujar eks penggawa Timnas Indonesia di Piala Asia 2000 tersebut.
"Tidak ada cara khusus merawatnya, hanya disimpan baik-baik. Saya sangat sayang dengan jersey Arema," tandasnya.