Masroor Ahmad: Diselimuti Pesan Terakhir Ibunda Tercinta




IJL.Com- Air mata juru gedor GRT U-13, Masroor Ahmad belum mengering setelah melepas kepergian ibunda tercinta yang berangkat menghadap Sang Khalik. Pelan-pelan ingin hapus duka lara, teringat pesan yang terngiang-ngiang di telinga. 

Dunia seakan begitu cepat berputar bagi seorang Masroor Ahmad. Belum lama ia diliputi senyum semringah pasca mengantarkan GRT ke babak semifinal Indonesia Junior League U-13, nafasnya seketika sesak begitu mendengar sang ibu, Wida Widianingsih wafat beberapa hari kemudian tepatnya Kamis (1/7). 

Ibunda Masroor wafat pada usia ke-43 tahun di kediamannya di Garut, Jawa Barat setelah berjuang melawan riwayat penyakit jantung. Almarhumah pergi meninggalkan tiga anak. 

"Ibu adalah sosok wanita pertama yang sangat saya cinta. Bagi saya, almarhumah adalah pahlawan untuk keluarga juga anak-anaknya," ujar Masroor. 

"Ibu wafat dalam pangkuan saya. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ia terus berpesan agar saya terus semangat menggapai cita-cita. Sampai detik ini, ucapan tersebut masih terngiang-ngiang di telinga saya," sambung Masroor dengan nada lirih. 



Masroor sendiri rela banting tulang menggantungkan cita-citanya setinggi langit hingga pergi meninggalkan kampung halaman. Itu semua tentu tak akan terjadi tanpa restu ibunda sebagai pengiring langkah kala suka maupun duka saat tangis juga tawa.

"Saya jauh-jauh merantau dari Garut ke Depok ikut saudara karena memang ingin mengejar mimpi di sepak bola. Banyak sekali dukungan yang ibu berikan, tapi yang paling penting dari semua itu adalah doa," ucap Masroor. 



"Almarhumah juga tahu kemarin saya berhasil membawa GRT lolos ke semifinal. Pesannya tetap sama agar saya bermain lepas, ngotot, dan buktikan dengan penuh semangat," ungkap Masroor. 



Meski air matanya belum juga mengering, Masroor sadar tidak boleh terus larut dalam kesedihan. Apalagi ia masih punya sang ayah yang masih begitu jatuh terpukul melepas kepergian orang tercinta. 

Masroor sendiri sudah bertekad tidak ingin meluapkan rasa lirih yang begitu mendalam di hadapan sang ayah. Meskipun lahir sebagai anak bontot, itu bukan alasan dirinya tak kuat memikul tanggung jawab. 

"Ayah sekarang sedang sakit, ia begitu terpukul melepas kepergian ibu. Sekarang saya tidak boleh bersedih terus, saya ingin membuat ayah tersenyum lagi karena tinggal ialah pahlawan dalam hati saya," tutur Masroor. 

"Saya ingin membuktikan bahwa anak dari ibu yang saya cintai dan ayah yang saya sayangi bisa sukses," pungkas Masroor seraya mencoba tersenyum. 





  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa