Nada Puitis Air Mata Jovan Moreno


IJL.Com- Jovan Moreno hanya bisa tertunduk lesu saat peluit panjang laga Maesa Cijantung versus Sparta dibunyikan. Kembali lagi untuk lebih kuat, Mbappe!

Torehan delapan poin dari tiga laga dengan catatan satu menang dan dua imbang belum cukup untuk jadi syarat Maesa lolos ke babak semifinal. Di fase champions 16 Besar IJL U-9 Grup B, skuat asuhan Yudi Kurniawan itu harus merelakan tiket bergengsi terbang ke tangan GRT Sitanala.

GRTS sendiri lolos ke semifinal dengan total raihan 10 poin. Kemenangan krusial di laga terakhir kontra Kembangan 8 jadi pelicin langkah tim asal Kota Tangerang tersebut.

Air mata turun tidak terbendung membasahi wajah anak-anak Maesa. Salah satunya seperti yang dirasakan oleh Jovan Moreno.

Begitu peluit akhir laga Maesa versus Sparta dibunyikan, Jovan seperti tidak mau beranjak dari Lapangan Nirwana Park Sawangan. Sorot matanya nanar menatap euforia pesta yang tengah dirasakan GRTS.


Jovan hanya bisa tertunduk lesu, jersey kebanggaan yang masih melekat di tubuhnya jadi saksi bisu. Di dalam keramaian, pemain yang dijuluki Kylian Mbappe dari Maesa itu seperti merasa sepi sendiri.

Jovan memang seperti masih belum rela meninggalkan hingar bingar IJL dengan butiran air mata. Begitu syahdu nan puitis.

"IJL adalah momen pertama Jovan mengikuti sebuah kompetisi, diawali deg-degan saat pertama kali menginjak rumput Lapangan Nirwana Park Sawangan sampai grogi dengan riuh rendah suara suporter pendukung. Minggu berjalan bulan berlalu, atmosfer pertandingan makin terasa "horor", angin makin kencang tapi semangat tidak pernah surut," ungkap Fajar Riyanto, ayahanda Jovan menggambarkan perasaan sang buah hati.

"Semua memberi arti tentang kerjasama tim, hilangkan ego, taat dengan instruksi pelatih, hapus pola pikir untuk selalu menjadi juara karena respect dengan lawan itu lebih penting agar bisa merasakan sakit ketika kalah dan bangga saat menang. Sungguh ini pengalaman yang tiada terganti, sebuah awal untuk menjadi besar, tatap masa depan hilangkan tangis. Maju terus untuk tebus cita-cita menjadi juara sejati," tambah Fajar.

Rasa sedih yang mendalam turut dirasakan sang pelatih, Yudi Kurniawan. Tanpa terasa air matanya juga ikut menetes jatuh perlahan-lahan.

"Saya bangga, ya bangga sekali walaupun gagal ke semifinal tapi anak-anak sudah bermain dengan semangat luar biasa. Biasanya kalau tertinggal terlebih dahulu mereka down, kemarin hal tersebut dihapus total. Mereka berjuang sekuat tenaga untuk lari mengejar ketertinggalan," terang Yudi.

"Saya jadi ikut menangis, sedih rasanya karena kalau lihat permainan anak-anak sebenarnya kami pantas ke semifinal. Tapi jujur, air mata saya jatuh bukan faktor kegagalan tapi bangga luar biasa dengan perjuangan anak-anak. Mereka semakin baik bermain bolanya," tambah Yudi seraya tersenyum.

Walau demikian, meski gagal lolos ke babak semifinal, Maesa layak pulang dengan senyum terhormat. Bagi Jovan, di musim depan, Mbappe tentunya siap datang kembali untuk jauh lebih kuat.

"Tangisan kekalahan adalah sebuah proses dari bentuk dinamika kompetisi, larut dalam kesedihan ibarat jalan menuju ujung haru kemenangan, tapi dari semua yang terpenting adalah anak-anak tetap semangat berlatih. Karena apabila putus semangat, maka saya dan seluruh pembina sepak bola usia muda di seluruh Tanah Air yang akan menangis," ujar CEO IJL, Rezza Lubis.


  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa