Ragunan Soccer School Belum Habis

IJL.Com- Pelatih Ragunan Soccer School, Kurnianto Wibowo buka suara soal peluang tim asuhannya di babak plate IJL U-11. Buang energi negatif, badai pasti berlalu.

Terseok-seok di babak penyisihan grup jadi pelajaran berharga untuk anak-anak Ragunan SS U-11. Seperti diketahui, tim besutan Kurnianto Wibowo itu harus puas terjerembab di peringkat ke-16 klasemen akhir Grup Sensation.

Meski demikian, perjuangan anak-anak Ragunan di kompetisi IJL U-11 musim 2019 belumlah langsung tamat begitu saja. Kesempatan untuk menorehkan senyum sudah menunggu mereka lewat ajang plate.

Meski tergolong "kasta kedua", gengsi plate tentunya tidak kalah dengan fase champions. Setiap tim tentu ingin tampil dengan kekuatan terbaiknya, pantang setengah hati.

"Saya selalu menekankan ke anak-anak anggap semua pertandingan itu partai final. Entah bagaimana hasilnya nanti, saya yakin suntikan motivasi itu secara tidak langsung akan merangsang psikologi mereka sehingga motivasi untuk bisa memenangkan laga menjadi jauh lebih besar," tegas Bowo.

Ya, Bowo meyakini anak-anak asuhnya sudah melupakan pil pahit di babak penyisihan grup. Saatnya songsong hari yang baru, toh pada akhirnya badai pasti berlalu.

"Saya tegaskan, Ragunan Soccer School di ajang IJL ini belum habis. Kami akan terus bermain dengan kemampuan terbaik kami," jelas Bowo.

"Semoga Tuhan meridhoi proses dan perjalanan kami sampai garis finis. Apapun hasilnya, Insya Allah, kami tetap bersyukur dan selalu ingat berbenah untuk ke depannya," tambah Bowo.

Di babak plate, Ragunan tergabung di Grup A bersama GRT Sitanala, Ocean Stars dan Garec's. Hanya ada satu tiket tersedia guna lolos ke partai semifinal.

Panji semangat itu akan dan terus berkibar, begitu yang diyakini oleh Bowo. Memantik energi positif jadi salah satu tugasnya dari balik juru kemudi skuat Ragunan.

Ya, anak-anak Ragunan tidak mau cepat-cepat lempar handuk. Bukan hanya sekadar mengusir badai namun juga ingin menjemput sinar pelangi.

"Keyakinan saya selalu besar, pelatih kan sama saja seperti guru yakni digugu dan ditiru tentunya harus bisa mencontohkan hal-hal positif untuk anak-anak didiknya," ujar Bowo.

"Jika seorang pelatih dari awal sudah tidak yakin dengan kemampuan anak didiknya bagaimana anak-anak bisa yakin dengan kemampuan sendiri dan timnya. Yang jelas, harus selalu ada energi positif dari gurunya," pungkas Bowo seraya tersenyum lepas.