Romantisme Zona Dzuhri dan Mochamad Romli




IJL.Com- Penampilan Muhammad Zona Dzuhri di lini tengah FIFA Farmel U-11 bak seorang penyihir papan atas. Ada andil sang kakak, Mochamad Romli dari balik layar.

Kompetisi IJL U-11 tidak pernah kehabisan barisan gelandang bertalenta emas. 2017 lalu ada Satrio Mega Insan (Salfas Soccer) kemudian pada 2018 muncul nama Fernanda Dwi Sutrisna (ASTAM).

2019 ini tidak kalah menariknya. Berkaca dari laga-laga dua pekan terakhir, sorot lampu kamera mengarah pada dirijen serangan FIFA Farmel, Muhammad Zona Dzuhri.

FIFA Farmel memang beruntung punya pemain sekelas Dzuhri. Gelandang dengan visi permainan dan tingkat intelegensi di atas rata-rata pemain seusianya.

Penyihir yang begitu elegan memanjakan mata penonton. Baik lawan sekaligus kawan ia "hipnotis" dengan lihainya. Betul-betul aduhai.

"Zona menurut saya pemain yang punya determinasi tinggi dalam bermain. Stamina dan teknik sangat baik sekali. Satu lagi, ia punya kepercayaan diri luar biasa," ujar pelatih FIFA Farmel, Mochamad Romli.

u11-14042019-garecs-1978-vs-fifa-farmel

"Bisa disebut dia adalah seorang game-maker. Mental dan kecepatannya dalam mengambil keputusan sangat cepat," ujar Romli.



Tidak heran, nomor punggung nyentrik rela dipanggul Zona. Usut punya usut, ada cerita unik di dalamnya.

"Dia sendiri yang meminta nomor punggung 77. Cristiano Ronaldo 7 + Zonaldo 7 = 77," jelas Romli.

"Zona memang ngefans berat dengan Cristiano Ronaldo. Kadang-kadang alasannya itu sering membuat saya tertawa," tambah Romli.



Secara spesifik, Romli memang sudah sangat kenal Zona luar dalam. Bukannya tanpa alasan mengingat pria berusia 28 tahun itu adalah kakak kandung dari sang penyihir.

"Tidak ada perbedaan sama sekali dengan pemain lain meskipun Zona adalah adik saya. Justru dari situ ia harus lebih bisa membuktikan kualitasnya," tegas Romli.



"Yang agak sedikit membedakan mungkin Zona ini tipe pemain yang tidak mudah cepat puas. Dalam pikirannya hanya latihan, latihan dan latihan. Tak kenal hari libur," sambungnya lagi.

31032019-fifa-farmel-vs-ddoe-fc

Pantas memang ban kapten FIFA mendarat di lengan Zona. Sekali lagi, Romli menegaskan tidak ada unsur nepotisme di dalamnya. Ya, semua berawal dari kerja keras.

"Kebetulan dari kelas 1 sampai sekarang 5 SD, Zona ditunjuk sebagai ketua kelas. Sampai bosan dan pusing dia karena dapat tugas dari guru mengatur teman-temannya yang bandel," ujar Romli seraya tertawa lebar.

"Itu juga salah satu alasan kenapa dia saya beri ban kapten. Anaknya tidak mudah menyerah kalau kita sudah bicara soal mental bertanding. Ini juga bukan penilaian objektif ya karena saya kakaknya," tutur Romli melempar senyum.



Layaknya hubungan seorang kakak dan adik, Romli tentu ingin Zona tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Mengangkat harkat dan derajat keluarga jadi salah satu tujuannya.

Hebatnya, Zona bukan tipe anak manja. Jika sudah bersentuhan dengan aroma rumput hijau, ia tak kenal istilah "antar-jemput".

"Orangtua kami buka usaha bengkel rolling door dan folding gate di Parung. Ya hanya usaha kecil-kecilan," jelas Romli.

"Karena itu pula Zona sudah dianjarkan mandiri sejak kecil. Kemana-mana anak ini selalu sendiri. Bertanding di luar daerah sampai kemarin di Singapura sekalipun tidak pernah minta ditemani orangtua," ungkap Romli.

"Alhamdulilah raportnya di sekolah juga lumayan. Karena saya selalu menekankan dalam sepak bola modern itu pendidikan formal menentukan intelegensi seorang pemain di lapangan," tandas Romli.








  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa