Satria Ramadhan: Berangkat dari Pengalaman Pahit




IJL.Com- Berawal dari pengalaman yang terbilang kurang mengenakkan, Satria Ramadhan terbangun guna membuat sebuah pembuktian. Baginya, posisi kiper bukan hanya sekadar pelengkap.

Kampanye Putra Sejati di kompetisi Indonesia Junior League U-13 musim 2020 belum ternoda. Di laga pembuka, meski harus dengan susah payah, tim asal Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat itu akhirnya mampu menghentikan perlawanan Stoni Indonesia lewat skor tipis 1-0 melalui gol sepakan penalti Dimas Pangestu.

Pada laga terakhir, tren positif kembali direngkuh Putra Sejati. Giliran wakil asal Bekasi, Tajimalela FA dibungkam dengan skor meyakinkan 4-1. Hat-trick Jehan Pahlevi jadi pembeda.

Tanpa bermaksud melupakan peran pemain yang lain, rasanya layak pula kalau sang penjaga gawang yakni Satria Ramadhan diberi gelar "pahlawan". Bagaimana tidak, saat laga kontra Stoni ada banyak peluang emas tim lawan mentok di tangan kiper bernomor punggung 26 tersebut.

Bisa dibilang, Satria sudah membuat barisan pemain Stoni gigit jari. Tidak salah Putra Sejati memberinya label pemain "joker". Ganjaran setimpal, predikat kiper terbaik pekan kedua IJL U-13 didulang.

Deru debu persaingan arena IJL sejatinya bukanlah hal yang asing untuk Satria. Pengalaman diselimuti tanggung jawab tak pelak kudu ia emban.

"Senang rasanya bisa kembali lagi berkompetisi di IJL. Jujur, sempat ada rasa deg-degan karena musim ini saya kan diberi kepercayaan sebagai pemain joker. Jadi ya ada tanggung jawab lebih untuk memberikan performa terbaik," tutur Satria yang 2017 lalu jadi bagian dari skuat Putra Sejati di IJL U-11.



Bagi Satria, menjadi kiper ibarat panggilan jiwa. Bahkan ia rela untuk "dilupakan" demi memikul sebuah tanggung jawab.

"Sewaktu awal gabung di Putra Sejati sebenarnya posisi saya bukan kiper, nah sekitar 2016 ada kompetisi dan kami tidak punya penjaga gawang. Lalu ada rekan setim bilang, sebaiknya mengaku ke pelatih kalau posisi yang saya mau adalah kiper," jelas Satria.

"Meski lama kelamaan saya semakin sadar, menjadi kiper tidak mudah. Saat tim kalah, ya disalahkan namun saat menang, tak dihiraukan. Karena itu saya terpacu menunjukkan kemampuan yang saya miliki," tegas Satria.



Usut punya usut, keberanian Satria berdiri kokoh di bawah mistar gawang berawal dari pengalaman kurang mengenakkan. Ada rasa takut yang lambat laun diubah menjadi sinyal kekuatan.

"Sebelum bergabung dengan Putra Sejati, dulu di tempat SSB saya berlatih ada pelatih yang punya cara melatih sangat keras untuk ukuran pemain usia dini. Pernah saat latihan berjalan, saya disuruh berdiri di bawah mistar gawang, disuruh diam dan tidak boleh bergerak sama sekali. Lalu pelatih saya menendang bola ke arah saya, walaupun tidak kena tapi saya ketakutan sekali," ungkap Satria.



"Dari pengalaman yang menurut saya kurang mengenakkan tersebut saya ingin membuktikan sekarang di sepak bola kiper bukan sekadar pelengkap," tegas Satria.



Akhir pekan ini tepatnya Sabtu (24/10), Satria akan kembali mengawal kesucian benteng pertahanan Putra Sejati pada lanjutan laga pekan ketujuh IJL U-13 dari Grup D Sensation. Sesuai jadwal yang telah dirilis, Surya Bakti Cilegon sudah menunggu di depan mata.

Surya Bakti Cilegon tentunya bukan lawan sembarangan. Dari dua laga yang sudah dilakoni, Mohamad Syahrefan dan kawan-kawan mampu mengamankan hasil imbang.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa