IJL.Com- Jangan harap bisa melihat pelatih Metro Kukusan U-9, Suyatno bisa duduk tenang di pinggir lapangan. Terkesan "meledak-ledak" berbalut karakter humoris yang ia punya, betawi punya gaya istilahnya.
Tidak sulit melihat seorang Yatno melempar senyuman. Dirinya memang terkenal supel, dari wasit sampai komentator pertandingan IJL Mayapada 2018 sudah pernah ia lempari banyolan segar.
Bagi Yatno, rasa humor itu perlu. Ia selalu beranggapan sepak bola adalah ajang saling kenal semua karakter orang dari level manapun dari anak-anak sampai dewasa.
"Ya kalau rasa humor itu semacam trik juga, pelatih kan boleh bercanda jika sudah di luar lapangan tapi beda jika sudah ada atmosfer pertandingan. Anak-anak Metro Kukusan justru bilang saya ini galak tapi cukup di mulut saja maksudnya ada waktu bagi saya membuat mereka kembali cooling down kadang kami nyanyi bareng selepas laga usai," ujar Yatno.
"Pelatih seusia apapun saya rasa tidak perlu terlalu serius-serius sekali lah, humor itu perlu apalagi jika sudah bicara level SSB atau grassroot, menyelami dunia anak-anak kan tidak mudah. Ya makanya saya sudah lama dijuluki pelatih kocak," ujarnya seraya tertawa lebar.
Karakter Yatno yang mudah dikenal orang memang tidak lepas dari sub kultur pergaulan anak Jakarta yang sudah lama ia diami. Meski berdarah Jawa namun ia mengaku adalah seorang betawi tulen.
"Sudah 55 tahun dari lahir di Jakarta, bapak dari Yogyakarta dan ibu orang Magelang. Tapi ane selalu merasa orang Betawi asli, anak Pasar Rebo," tutur Yatno.
"Kalau soal humor sih jelas selalu terinspirasi sama almarhum Haji Benyamin Sueb, dulu sempat main bola sama Bang Ben. Nah kalau udah mau bicara serius lagi nih, saya punya pelatih idola tapi sudah wafat juga yaitu Abdul Kadir. Si Kancil yang buat saya serius menekuni dunia kulit bundar," tambahnya.
Selera humor itu pula yang membuat Yatno nampak sangat betah bergaul dengan anak-anak. Sudah sekitar 21 tahun lamanya ia terjun di level grassroot, bukan hal yang mudah untuk diikuti memang.
"Dari tahun 1997 nih udah nyemplung sama bocah-bocah. Nah kalau sama Metro Kukusan sebenarnya sudah sejak 2000 kenal sama pemiliknya, Syarifuddin. Sebelumnya saya punya SSB yaitu Buperta Cibubur," beber Yatno.
"Ya sekarang saya nikmati peran di Metro Kukusan dengan hati senang, sudah nyaman rasanya disini. Kekeluargaan sudah terasa disini," ujar mantan pemain Caprina FC, klub Galatama tersebut.
Cara Yatno memompa semangat anak asuhnya lewat gaya-gaya khas yang ia punya memang bisa dilihat di pekan kesembilan IJL Mayapada 2018 kemarin. Saat itu pemain Metro Kukusan U-9 nampak masih memendam kekecewaan hingga pasca kekalahan dramatis dari CISS yang membuat kans ke play-off 12 Besar pupus. Namun bukan Yatno namanya jika tidak punya "kata-kata mutiara".
"Ayo ga boleh nangis, nanti habis lebaran masih boleh main bola di sini lagi. Ada lima pertandingan lagi, ayo semua tepuk tangan," teriak Yatno yang langsung disambut teriakan semangat oleh orangtua pemain Metro Kukusan.
Meski gagal lolos ke 12 Besar, eksistensi Metro Kukusan di IJL Mayapada 2018 memang tidak lantas hilang begitu saja. Erlangga Hagi dan kawan-kawan bisa terus unjuk gigi lewat kategori plate dimana mereka tergabung di Grup 2 bersama M'Private Soccer School, Remaja Masa Depan dan Hizbul Wathan SC.