IJL.Com- Siapa sangka Ahmad Noor Ramdhan sempat menepi dalam waktu yang cukup lama dari salah satu olahraga yang dicintainya, sepak bola. Berbekal kemampuan di bidang atletik sampai pelatih fisik, "perjalanan" dari Subang ke Tigaraksa, Tangerang ia lalui.
Bergelut di level sepak bola usia dini sudah bukan hal yang asing lagi untuk pelatih Bhayangkara Tigaraksa FS di kompetisi IJL Mayapada 2018, Ahmad Noor Ramdhan. Sudah sejak duduk di bangku SMA, pria kelahiran Subang itu "merumput" bersama bocah-bocah cilik.
"Sudah dari 1997 saya bergelut di sepak bola usia dini, waktu itu masih SMA bantuin coach Indra Subhan di SSB Fajar Parahyangan, Subang, Jawa Barat," jelas Ramdan.
"Nah sejak 2000 baru pindah ke Tangerang, masih aktif main bola sampai 2005. Tapi sempat vakum selama enam tahun karena fokus ada kerjaan dan keluarga juga. 2012 baru kembali lagi, ya pilihannya tetap di level grassroot," terangnya.
Enam tahun sempat menepi diakuinya bukan hal mudah. Kecintaannya pada dunia anak-anak nyatanya yang membuat Ramdan tak ragu untuk kembali. Ia mengaku beruntung ada seorang teman yang membawanya ke Bhayangkara Tigaraksa FS.
"Bukan waktu yang sebentar memang sempat vakum selama enam tahun. Tapi saya beruntung punya sahabat nama panggilannya Dede Bolot, dia yang membawa saya sampai ke Bhayangkara Tigaraksa FS," ujarnya.
"Kenapa mau kembali lagi terjun langsung? Jawabannya sederhana, saya terlalu cinta dengan dunia anak-anak terutama lewat bidang olahraga. Setidaknya mereka bisa jauh dari kenakalan remaja juga ketergantungan gadget," jelas Ramdan.
Sedari dulu, Ramdan memang tidak bisa dilepaskan dari hal yang berbau dengan olahraga. Waktu SMP bahkan ia pernah membawa nama Jawa Barat di pentas nasional lewat cabor atletik.
"Kebetulan saya juga punya background olahraga cukup kental, dari atletik. Semasa masih SMP, masuk kelas khusus di Bandung. Sampai Popda pun saya ikut dua cabang yaitu sepak bola dan lari jarak menengah serta jalan cepat," kenangnya.
"Selama melatih anak-anak di Bhayangkara Tigaraksa FS, apa yang saya dapat di atletik selalu coba saya tuangkan lewat program latihan tim terutama soal aerobik dan recovery pernapasan," tutur pria yang mengantongi lisensi pelatih fisik level 1 tersebut.
Meski demikian, punya latar belakang atletik hingga berbekal pelatih fisik tidak membuat Ramdan secara sembarangan "menggeber" anak-anak asuhannya. Ia sadar harus ada kaidah ilmu yang harus selalu dipegang teguh.
Tidak heran, nama Emral Abus jadi junjungan seorang Ramdan. Seperti diketahui, instruktur kepelatihan AFC dan juga dosen Fakultas Ilmu Keolahragaan UPI Bandung itu adalah pelatih fisik yang paling disegani di kancah sepak bola Tanah Air.
"Program latihan yang sifatnya fisik sementara ini hanya dalam bentuk pengenalan saja. Untuk usia anak-anak harus disesuaikan apa yang akan mereka hadapi ke depannya, sesuai kaidah ilmu . Anatomi tulang mereka masih rentan untuk hindari cedera otot," terang pelatih berusia 37 tahun itu.
"Pelatih idola? Tentu saya menyebut nama Emral Abus. Dia mahaguru baik di sepak bola dan olahraga lainnya," tandas Ramdan.
Tidak salah memang Ramdan mengidolakan seorang Emral Abus. Meski namanya tidak selalu muncul ke atas panggung, namun sentuhannya di belakang layar sudah menghasilkan beberapa nama pelatih jempolan seperti Djadjang Nurdjaman, Nil Maizar, Indra Sjafri sampai Aji Santoso.
Di kancah sepak bola Indonesia, reputasi pelatih fisik memang kurang tercium harum wangi aromanya. Namun setidaknya Ramdan dapat terinspirasi dengan jejak pelatih Persija Jakarta, Stefano "Teco" Cugurra ataupun eks juru taktik Persipura Jayapura dan Sriwijaya FC, Osvaldo Lessa yang punya track record sama dengan dirinya.