Alief Apikri; Kubur Trauma Dalam-dalam




IJL.Com- Bayang-bayang kegagalan menjadi algojo tendangan 12 pas sudah dikubur dalam-dalam oleh Alief Apikri. Bergegas move-on, bidik seragam IJL Elite.

Pesepak bola kelas dunia dari belahan dunia manapun pasti pernah merasakan getir pahitnya pusaran drama adu penalti. John Terry misalnya di laga final Liga Champions 2008, licinnya rumput Stadion Luzhniki membuat kapten Chelsea itu terpleset dan alhasil bola sepakannya melenceng dari sasaran jala gawang Manchester United yang dikawal Edwin van Der Sar. Impian The Blues menggondol trofi "Si Kuping Besar" pupus di depan mata.


Masih dari ajang yang sama, tepatnya semifinal Liga Champions 2012, kali ini giliran Cristiano Ronaldo ketiban sial. Diberi tugas sebagai algojo penendang pertama, CR7 gagal menaklukkan kiper Bayern Muenchen, Manuel Neuer. Ujungnya, Real Madrid takluk di hadapan publiknya sendiri lewat babak tos-tosan.



Dari kancah Tanah Air, masih segar dalam ingatan perjuangan Timnas Indonesia U-23 yang harus terhenti di babak perempatfinal Asian Games 2018 usai ditaklukkan Uni Emirat Arab via adu penalti. Septian David Maulana dan Saddil Ramdani gagal menunaikan tugasnya sebagai algojo 12 pas.

Kejamnya pusaran drama adu penalti memang tidak pernah memilih-memilih "korban". Hanya ada dua pilihan jika sudah pernah gagal, cepat bangun coba lagi atau selamanya terus dihantui.

Striker Indonesia Rising Star, Alief Apikri memilih yang pertama. Hantu kegagalan dirinya menaklukkan kiper Garec's, Farrell Damara saat babak semifinal IJL U-13 sudah ia kubur dalam-dalam.

Air mata Alief yang membasahi rumput hijau Lapangan Nirwana Park Sawangan memang jadi pelajaran tak ternilai untuk dirinya. Paling jelas sekarang ini, striker bernomor punggung 32 itu sudah jauh lebih kuat.

"Saya sudah bisa melupakan kejadian yang begitu penuh drama kemarin, ambil hikmahnya jadi saya tahu letak kekurangannya dimana. Pengalaman yang luar biasa, begitu menguji mental saya," ujar Alief.



"Saya tidak takut mengambil penalti lagi, kegagalan kemarin benar-benar membuat saya berkaca diri," tambah Alief seraya tersenyum lebar.





Alief memang tak boleh terus larut dalam kesedihan, move-on adalah sebuah kewajiban. Tujuh gol yang sudah dicetaknya untuk IRS selama berlaga di kompetisi IJL U-13 setidaknya bisa jadi bukti kapasitas juru gedor yang mengidolakan striker Manchester United, Marcus Rashford tersebut.

Alief sendiri digadang-gadang jadi salah satu striker yang pantas menembus skuat All Stars bahkan sampai masuk gerbong IJL Elite. Label penyerang berdarah dingin dengan karakter langka dan unik saat lepas dari kawalan ketat pemain lawan dinilai sudah membuat tim komite pemain IJL begitu jatuh hati.

Bagi Alief, punya kesempatan berseragam IJL Elite adalah sebuah impian. Laga perebutan tempat ketiga IJL U-13 kontra ASTAM adalah sebuah ladang pembuktian.

"Akan jadi sesuatu yang tidak terduga jika betul kesampaian memakai seragam IJL Elite. Syukur kepada Allah SWT jika mimpi itu bisa tercapai, alhamdulilah," ujar Alief.



"Kedua tentu saya sangat sangat berterima kasih banyak kepada orangtua saya. Dan tentunya tidak pernah terlupa yaitu rekan setim di IRS, tanpa mereka saya bukan siapa-siapa," tandas Alief.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa