Berebut Mahkota Arsene Wenger




IJL.Com- Bumbu "perang saudara" terhampar di laga KMJR Cilegon versus ASIOP Apacinti, Sabtu (2/3). Anak-anak Kota Baja sudah tak sabar menghentak pasukan Ibu Kota.

Tidak ada kata menyerah di dalam kamus anak-anak KMJR Cilegon. Asa untuk masuk ke zona delapan besar tetap mereka jaga pasca takluk dari CISS Soccer Skill dalam sebuah laga dramatis.

Seperti diketahui, KMJR harus menyerah dengan skor tipis 1-2 dari CISS. Gol di penghujung laga, Rio Saktiawan dan kawan-kawan seperti dijauhi dewi fortuna.

Sayang persiapan KMJR untuk move-on terganjal kerikil tajam. Faktor non-teknis menerpa anak asuh Harmawan Hidayat.

"Kami masih penasaran, anak-anak hanya kurang beruntung saat melawan CISS. Selain itu, banyak peluang yang disia-siakan," ungkap pelatih KMJR, Harmawan Hidayat.



"Sayang persiapan untuk laga kontra ASIOP sangat minim sekali, apalagi minggu-minggu ini saya sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal alhasil program latihan anak-anak terhambat," sesal Awank, sapaan akrab Harmawan Hidayat.





Meski demikian di pekan ke-18 nanti, KMJR ogah sekadar numpang lewat. Margin 14 angka dengan ASIOP tidak membuat KMJR minder. 

Nama besar Mutiara dari Senayan pun ibarat "doping" untuk anak-anak Kota Baja. Awank mengakui akan ada sensasi tersendiri mencicipi kekuatan ASIOP.

"Justru ini yang kami tunggu-tunggu, anak-anak semakin bersemangat, mau merasakan sensasi melawan tim besar," ujar Awank.


"Ya bisa dibilang ada doping untuk KMJR," sambung sang pelatih seraya tertawa lebar.





Di bangku pelatih sendiri, Awank akan bertemu Yayat Supriyatna. Yang menarik kedua juru taktik ini punya kedekatan "spesial" yakni sama-sama fans berat klub asal Inggris, Arsenal.

Praktis duel berbau Meriam London akan terhampar di atas rumput hijau. Patut disimak adu kuat Gooners meramu taktik hingga siapa yang lebih pantas disebut "anak didik" Arsene Wenger, manajer legendaris tersukses dalam sejarah Arsenal.

"Nah itu yang bikin tambah greget," ujar Awank.


"Mungkin sama seperti anak-anak KMJR, saya jadi lebih termotivasi bertemu idola. Ya, coach Yayat itu idola saya," terang Awank.



Yayat sendiri mengaku sangat antusias bertemu dengan Awank. Pelatih kelahiran Bandung itu banyak meyakini jalannya laga akan berjalan tidak mudah untuk penggawa ASIOP.

"Ha-ha-ha, ini sama-sama fans berat Arsene Wenger ketemu di IJL judulnya," ujar Yayat.


"Tapi ketika sudah di lapangan hanya pemain yang bisa menentukan, yang lebih siap akan keluar sebagai pemenang. Pelatih hanya bisa mengontrol jalannya latihan dan pertandingan, tapi tidak bisa menentukan hasil akhir," tambah Yayat seraya tersenyum lebar.



Di laga terakhir, ASIOP sendiri hanya mampu bermain imbang kontra Cipta Cendikia FA dengan skor kacamata. Ada sebuah sinyal kuat, Yayat tak mau kejadian serupa terulang Sabtu nanti.

"Satu Minggu ini saya fokus naikin endurance karena dari hasil evaluasi saya anak-anak hanya bisa main konsisten selama 30 menit saja, sisanya organisasi tidak berjalan sesuai instruksi," tegas Yayat.



"Sepak bola bisa dihitung dengan rumus dan angka-angka, sebagian menuntut kreativitas seorang pelatih. Di atas lapangan pun ada asas probabilitas (mengandung banyak kemungkinan) yang tinggi dan selalu berubah-ubah. Inspirasi itu yang selalu saya pegang, sehingga saat ambil keputusan harus berdasarkan data dan alasan jelas" tandas Yayat.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa