IJL.Com- Konsekuensi persaingan yang semakin sengit di babak play-off champions 12 Besar (U-9) melahirkan banyak pemain dengan segudang talenta di atas lapangan. Sosok pelatih yang bisa keluar dari tekanan juga jadi nilai khusus.
Kiper:
Ali Putra (ASIOP Apacinti)
Ali jadi aktor utama di balik frustrasinya barisan pemain Abstrax FA dan FU15FA Bina Sentra mengoyak jala gawang ASIOP. Selain dibantu kokohnya tiang gawang, ketenangan Ali di atas lapangan saat menghadapi serbuan pemain lawan patut diberi apresiasi tinggi, pantas clean sheet ia torehkan. Satu hal yang paling penting, sebagai seorang kiper ia pandai memberi motivasi sehingga memberikan rasa nyaman pula untuk rekan-rekan setimnya terutama barisan lini belakang.
Bek:
Fabian Aviliano (Serpong City Soccer School)
Meski gagal mengantarkan Serpong City Soccer School U-9 melaju ke babak semifinal, Fabian mampu tampil menonjol di atas lapangan. Berungkali dirinya berlari tanpa henti menyisir sisi sayap untuk "menyapu" pemain lawan sampai mengirim umpan silang membantu skema serangan The Wolf. Tidak heran, komentator pertandingan dibuat angkat topi oleh pemain yang punya gaya permainan mirip bek legendaris Timnas Jerman, Philip Lahm tersebut.
Beel Jacksem (Maesa Cijantung)
Punya stamina di atas rata-rata pemain seusianya membuat Beel tampil maksimal di babak play-off champions. Disiplin dalam bertahan namun juga tidak ragu membantu serangan benar-benar membuat Maesa Cijantung beruntung punya pemain berdarah Indonesia Timur itu. Berhadapan dengan Serpong Jaya jadi puncak penampilan Beel, di tengah meningginya tensi pertandingan ia mampu dengan lugas menghalau serangan-serangan Black Panther khususnya dari skema bola-bola mati.
Cholil Gibran (CISS Soccer Skill)
Lagi-lagi, Cholil membuktikan CISS bukan hanya tajam dalam urusan menggedor jala gawang lawan namun juga punya tembok pertahanan super kokoh. Bermain tanpa kompromi jadi identitas Cholil di atas lapangan. Tidak percuma memang karena ia mampu membuat penyerang haus gol sekelas Diego Andres Sinathrya mati kutu.
Tengah:
Rizki Eka Saputra (Pelita Jaya SS)
Rizki masih dan akan selalu jadi fenomena di kompetisi IJL Mayapada 2018 (U-9). Semakin lama dirinya kian matang menunjukkan skill dan teknik terbaiknya di atas lapangan. Meski "hanya" mencetak dua gol di babak play-off kemarin, namun ia tetap jadi motor serangan Pelita Jaya Soccer School. Satu lagi, aksi-aksinya mengolah si kulit bundar terus memanjakan mata penonton.
M Javier (CISS Soccer Skill)
No Javier, No Party. Dua gol lewat skema free-kick ke gawang Serpong City Soccer School dan Ragunan Soccer School jadi bukti kualitas dan mentalitas pemain berambut mohawk tersebut. Bisa dibilang ia adalah pahlawan bagi CISS di babak play-off. Tidak hanya gol, Javier juga jadi pemain paling berkeringat di atas lapangan mengingat posisinya yang sentral sebagai seorang gelandang bertahan.
Valdo Putra (Pelita Jaya SS)
Tidak mau kalah dengan Rizki, Valdo terus berusaha keluar dari "bayang-bayang" koleganya tersebut. Di babak play-off, ia memang terlihat lebih percaya diri terbukti dengan dua gol yang dicetaknya. Adanya Valdo memang memberi garansi daya tarik lini tengah Pelita Jaya semakin menarik untuk dinikmati.
Baguse Verespatie (Pelita Jaya SS)
Baguse memberi pembuktian kalau lini tengah Pelita Jaya SS bukan hanya tentang Rizki Eka Saputra dan Valdo Putra Pratama saja. Kemana saja bola mengalir maka kita akan mudah menemukan Baguse memburu si kulit bundar. Etos kerja keras Baguse di babak play-off kemarin patut diberi acungan jempol, tidak heran ia mulai nyaman mencatatkan nama di papan skor.
Playmaker:
Prabowo Haidar Salman (Ragunan SS)
Walau gagal membawa Ragunan SS melaju ke babak semifinal, Haidar Salman tetap mampu mencuri perhatian penonton lewat gaya permainannya di atas lapangan. Berungkali pemain CISS dan Serpong City Soccer School ia buat kelabakan. Satu gol indah berkelas ke gawang Serpong jadi bukti pemain bernomor punggung sembilan itu menyimpan banyak potensi besar.
Depan:
Greyfaldi Abdul Manan (ASIOP Apacinti)
Pemain yang sulit dihentikan jika bola sudah ada di kakinya. Tidak malas menjemput si kulit bundar dari lini tengah membuat Grey jauh lebih "liar" sehingga kerap membuat bek-bek lawan kewalahan. Gol kilatnya ke gawang FU15FA Bina Sentra adalah kunci utama lolosnya ASIOP ke babak semifinal.
Ale Putra Fathir (Maesa Cijantung)
Mendapat kawalan sangat ketat dari bek sekelas Muhammad Terry Darmawan (Bhayangkara Tigaraksa FS) dan Farik Rizqi (Serpong Jaya) tidak membuat Ale kehabisan ide. Selayaknya penyerang haus gol, ia masih bisa memanfaatkan ruang yang ada untuk memudahkan rekan-rekan setimnya menciptakan peluang. Babak play-off kemarin jadi bukti jam terbang yang dimiliki Ale sangat berguna untuk Maesa Cijantung.
Pelatih:
Steve Davis (Maesa Cijantung)
Seorang juru taktik yang bisa keluar dari tekanan dan mampu memberikan motivasi lebih untuk pemain asuhannya jadi nilai tambah untuk Steve di babak play-off kemarin. Tidak terlalu mengandalkan pada satu-dua pemain membuat permainan Maesa jauh lebih kolektif sehingga memberikan banyak warna. Punya mental cukup baik, tidak banyak melakukan protes pada wasit membuat Steve layak diganjar label pelatih terbaik.
Cadangan:
Kiper: Dafa Prawiranata (CISS Soccer Skill)
Bek: M Terry (Bhayangkara Tigaraksa), Farik Rizqi (Serpong Jaya), Rasya Firlian (Maesa Cijantung),
Tengah: Juan M Nasri (Salfas Soccer), M Syafiq (Abstrax FA), Nayaka Aryasatya (ASIOP Apacinti), Fitrah Rahmadani (Ragunan SS), Gregory Lie Gilgal (Parung SS), Vatsa Zaki (Pelita Jaya SS)
Depan: Asril Marzuki (FU15FA Bina Sentra), Meldo Febransyah (ASIOP Apacinti), Evana Salim (CISS)