IJL.Com- Piala Dunia 2002 bisa jadi salah satu momen tak terlupakan untuk Yuli Yati Simbolon. Dari situlah asal muasal nama buah hatinya Zidane Alzizou Lubis lahir.
Timnas Perancis tampil sangat buruk di Piala Dunia 2002. Datang dengan status juara bertahan, performa skuat Ayam Jantan justru melempem. Tim asuhan Roger Lemerre harus angkat koper sejak babak penyisihan grup. Kalah bersaing dengan tim debutan seperti Senegal. Sungguh mengenaskan memang.
Banyak pengamat sepak bola menilai, anjloknya penampilan Perancis tidak bisa dilepaskan dari peran Zinedine Zidane. Seperti diketahui enam hari sebelum kick-off Piala Dunia 2002 dimulai, Zizou mendapat cedera paha di laga ujicoba kontra Korea Selatan. Praktis, di laga pembuka melawan Senegal ia harus absen. Dua partai selanjutnya jumpa Denmark dan Uruguay, pria berdarah Aljazair itu tampil "seadanya".
Namun Zidane tetaplah Zidane, seorang maestro besar di jagat sepak bola dunia. Ia bukan hanya seorang aktor namun juga seorang seniman rumput hijau. Mata ribuan penonton sudah banyak tersihir oleh aksi-aksinya. Eks penggawa Bordeaux dan Juventus itu adalah pahlawan bagi banyak orang.
Mungkin itulah yang dirasakan Yuli Yati Simbolon. Zidane sudah terlanjur membuat dirinya tergila-gila hingga nama anak pertamanya pun ia beri tidak jauh-jauh dari sang pahlawan.
"Bunda melihat Zidane pertama kali pas Piala Dunia 2002, katanya Zidane mainnya tetap paling bagus saat itu. Punya koleksi foto-fotonya juga. Pokoknya Bunda itu fans berat Zidane," ucap Zizou.
"Dulu bunda katanya juga pernah janji, kalau punya anak laki-laki mau diberi nama Zidane. Akhirnya kesampaian," ujar pemain Putra Sejati U-11 itu.
Zizou menyadari nama yang disematkan untuk dirinya adalah sebuah doa tulus dari sang ibu. Kisah Zidane yang lahir dari keluarga imigran hingga bisa mengangkat derajat orangtuanya selalu ia simpan sebagai pengantar tidur.
Tidak hanya itu, bisa dibilang Zizou saat ini bukan saja penjaga harapan untuk ayah dan bundanya. Tetapi juga kedua adiknya.
"Sebelum tidur, bunda selalu bilang ke saya kalau dia tidak punya banyak biaya untuk bawa Zizou jadi lebih. Meraih mimpi harus lewat prestasi katanya," cerita anak pertama dari tiga bersaudara itu.
"Bunda juga cerita saat Zidane menanduk Marco Materazzi di final Piala Dunia 2006, mungkin Materazzi terlalu arogan saat itu hingga Zidane yang tidak terima keluarganya diejek. Makanya bunda selalu mengingatkan agar saya tidak lupa mengangkat derajat orangtua serta melindungi adik-adik," tegas Zizou.
Selepas insiden monumental tersebut, Zidane memang sempat lama bungkam. Namun pada September 2017, permintaan maaf secara khusus kembali ia lepaskan. Bukan untuk seorang Materazzi memang tapi untuk generasi pesepak bola muda yang ingin mengikuti jejak karirnya.
"Saya tidak bangga dan tidak pernah merasa bangga dengan tandukan tersebut. Saya minta maaf untuk kalian para generasi muda dan semua pelatih yang telah membuat sepak bola menjadi lebih berarti. Tapi kejadian di Berlin tersebut sudah menjadi bagian dari karir dan hidup saya. Tidak menyenangkan memang tapi anda harus menerimanya," terang Zidane.