IJL.Com- Teuku Nady Zahran Razzaq sadar betul dengan resiko yang diambil saat memutuskan lebih cepat "naik kelas" bersama Garuda Muda Soccer Academy U-11. Sedikit curahan hati ia berikan melihat semakin ketatnya atmosfer persaingan IJL Mayapada 2018.
Tak ada yang berbeda dengan Zahran. Ia tetap tampil percaya diri, kokoh dan "cerewet" memberi komando untuk rekan-rekan setimnya. Sama persis dengan gaya penampilannya di IJL musim 2017 lalu hingga mengantarkan GMSA U-9 masuk ke babak semifinal sebelum dihentikan ASTAM.
Bedanya 2018 ini Zahran cepat naik kelas. Jika 2017 berseragam U-9, maka di IJL Mayapada ia membela skuat GMSA U-11. Tercatat ada lebih dari lima pemain yang statusnya sama seperti Zahran.
Konsekuensi itu kini dirasakan Zahran. Berhadapan dengan lawan-lawan yang punya usia dan segi pengalaman satu tingkat di atasnya, ia harus rela gawangnya dibombardir tanpa henti. Sejauh ini GMSA U-11 sudah kebobolan 22 gol dari 10 laga.
Namun hal itu tidak meninggalkan rasa kecewa berlebih untuk dirinya secara pribadi. Justru ada mimpi besar yang baru saja Zahran mulai.
"IJL Mayapada 2018 ini memang sangat berbeda dibanding tahun lalu. Jelas lebih sulit karena levelnya berada di atas usiaku. Tapi enjoy saja," ujar Zahran.
"Teman-teman di GMSA U-11 yang lain juga enjoy, intinya kami senang bisa ikut ambil bagian di kompetisi IJL Mayapada. Ini sebenarnya persiapan untuk musim 2019," tutur kiper berdarah Aceh tersebut.
Zahran menyadari di usianya yang masih sangat belia, proses panjang masih harus ia lalui untuk mengikuti jejak sang idola, Kurnia Meiga. Termasuk soal dirinya yang datang ke kompetisi IJL Mayapada 2018 dengan status peraih "sarung tangan emas".
"Iya saya termotivasi dengan gelar kiper terbaik musim lalu. Tapi saya juga sadar persaingan IJL U-11 lebih ketat, jauh berbeda," katanya.
Zahran mungkin benar, saat ini yang paling dibutuhkan untuknya adalah sebuah proses panjang dan motivasi tulus tanpa henti. Beruntung ia punya Henny Soraya, sang ibu yang selalu setia mendampinginya.
"Trofi dan plakat kiper terbaik dari IJL masih Zahran simpan dengan sangat baik-baik. Saya bantu pajang di kamarnya, ada lemari untuk piala juga," ujar Henny.
"Tembok kamarnya saya sendiri yang hias, biar sering dilihat setiap hari sebelum ia tidur. Saya selalu bilang ke dia kalau proses tidak mengkhianati hasil," tambah Henny yang tak pernah absen mendampingi Zahran dan adiknya, Teuku Zaky Ramadhan (GMSA U-9) setiap berlaga di IJL Mayapada 2018.
"Zaky juga tidak iri dengan pajangan trofi yang diraih kakaknya. Saya sengaja buat space di tembok kamar agar dia jadi ikut termotivasi," tandas sang ibu.