IJL.Com- Persiapan Cipta Cendikia FA jelang berlaga kontra Maesa Cijantung di pekan keempat IJL Mayapada U-13 cukup unik. Belajar menyulam jadi caranya.
Duel seru akan terjadi pada pekan keempat IJL Mayapada U-13 Grup Sensation, Minggu (4/11). Cipta Cendikia Football Academy (CCFA) siap menantang runner-up klasemen sementara Grup Sensation, Maesa Cijantung.
Persiapan yang dilakukan CCFA terbilang cukup unik. Selain terus mengasah skill dan teknik lewat proses latihan tim, M Rafly I Selang dan kawan-kawan juga ditempa kesabarannya dengan cara belajar menyulam.
Hal ini tentu berkaca dari pertandingan yang dilakoni CCFA sebelumnya saat jumpa Brazilian Soccer School. Saat itu meski mampu menguasai jalannya pertandingan, anak-anak Bogor belum mampu membuat jala gawang lawan bergetar. Skor imbang tanpa gol harus puas dibawa pulang.
Yang tidak kalah jadi catatan tentunya adalah hukuman kartu kuning yang diterima M Rafly I Selang akibat melanggar pemain lawan. Jelas, harus ada cara lebih membumi untuk meredam emosi di atas lapangan. Seperti dikabarkan sebelumnya juru taktik CCFA, Yance Putra mengakui hal tersebut adalah tanggung jawabnya sebagai seorang pelatih.
"Di CCFA, sekolah tetap jadi yang utama karena notabenenya kami adalah lembaga pendidikan. Belajar menyulam itu sudah jadi bagian dari kurikulum mata pelajaran kesenian juga, ya hitung-hitung bisa melatih kesabaran anak-anak," ujar Yance seraya tersenyum.
"Kebetulan anak-anak dapat panggung lagi akhir pekan ini, jangan sampai ada pemain CCFA yang kena kartu kuning lagi deh. Semoga belajar menyulam buat mereka jadi lebih sabar ya," tambah Yance seraya tertawa.
Yance meyakini untuk menjadi pesepak bola yang tangguh bukan hanya butuh otot semata. Kecerdasan berpikir disebut adalah senjata utama yang sebenar-benarnya.
Yance sendiri menegaskan saat ini yang dibutuhkan anak asuhnya bukan soal mengejar target berburu angka lewat papan skor. Menurutnya, ada empat pilar yang jauh lebih penting.
"Saya percaya kontrol, passing, dribling, shooting adalah empat pilar utama yang harus mulai dibangun dari usia anak-anak seperti ini. Semuanya itu harus menggunakan otak, rasa sabar benar-benar jadi pegangan," ujar Yance.
"Ada pesepak bola legendaris dunia asal Brasil namanya Socrates, bagi saya dia pesepak bola yang patut dicontoh. Jago di lapangan, jenius dalam dunia pendidikan, seorang dokter. Otak dan otot sama-sama bekerja, saya impikan anak-anak CCFA dan pesepak bola Indonesia umumnya punya mindset tersebut," tutur pelatih dengan lisensi C AFC itu.
Bukan tidak mungkin dari belajar menyulam itu, CCFA dapat bermain lebih baik saat jumpa Maesa Cijantung. Yance sendiri menyadari Maesa sedang dalam gairah tinggi pasca kemenangan atas All Star Galapuri.
"Anak-anak mungkin sudah intip-intip video rekaman pertandingan," terang Yance.
"Maesa pasti sedang bergairah, jadi anak-anak harus lebih sabar. Saya akan tetap tenang duduk di pinggir lapangan, biarkan Achmad Ridano dan kawan-kawannya menari-nari di atas lapangan," tandas Yance kembali mengumbar senyum.