IJL.Com- Kisah perjuangan ayah dan anak di kompetisi IJL Mayapada 2018 terjadi pula dalam tubuh Pelita Jaya Soccer School. Senyum Dede Firmansyah selalu mengembang saat menceritakan mimpi yang ia tuangkan untuk sang buah hati, Valdo Putra Pratama. Meski demikian masih ada sedikit rasa trauma membayangi dirinya.
Dede Firmansyah masih coba mengingat betul saat dirinya harus pertama kali terkapar dengan hebatnya di atas rumput hijau. Bisa dibilang, cedera lutut masih terus menghantuinya sampai saat ini. Getir dan terasa pahit memang.
"Waktu itu sedang ada uji coba di Lapangan Sawangan, markas Pelita, saya lupa siapa lawannya. Ada benturan keras di lutut saat duel bola tanggung," ujar Firman.
"Bisa dibilang sejak itu jadi cedera lutut kambuhan, paling parah pas dua tahun yang lalu," sambungnya lagi.
Beruntung bagi Firman, di momen-momen sulitnya tersebut ada banyak orang terus senantiasa setia mendampinginya. Yang paling terlihat jelas tentu kehadiran keluarga besar Pelita Jaya Soccer School.
Untuk Firman sendiri, Pelita Jaya SS memang bukan sekadar sekolah sepak bola. Ia menyebut Lapangan Sawangan sudah ibarat seperti rumah kedua untuk dirinya, ada keterikatan emosional dipendam.
"Cedera lutut yang tidak kunjung sembuh itu membuat saya memantapkan diri menjadi pelatih di Pelita Jaya Soccer School, sudah dari 2014. Ada tawaran dari head coach, Haji Erlan," ujar pria berusia 25 tahun itu.
"Setelah gabung dan menjalaninya, makin kerasan dan tambah nyaman. Bertemu dengan anak-anak jadi semakin tertantang. Kebetulan sejak usia 10 tahun, saya sudah gabung sebagai pemain di Pelita Jaya SS," tuturnya.
"Ya bisa dibilang Pelita Jaya SS adalah rumah kedua," tambah Firman.
Layaknya sebuah rumah, pintu selalu terbuka untuk Firman demi merajut kembali mimpinya yang sempat terkoyak. Seperti diketahui, sang putra yakni Valdo Putra Pratama meneruskan kariernya dengan menimba ilmu di Pelita Jaya.
Sama seperti sang ayah, Lapangan Sawangan ibarat halaman yang teramat "luas" untuk Valdo. Ada impian besar dituangkan Firman.
"Valdo itu sama sepupunya, Rizki Eka Saputra sudah akrab dengan rumput Lapangan Sawangan, dari usia tiga tahun sudah ada di sana. Sebelum jadi pelatih, mertua saya yaitu coach Dayat kan terlebih dahulu membesut Pelita. Ya makin lepas saja Valdo kalau sudah ketemu si kulit bundar," terangnya.
"Kalau boleh jujur, ya Insya Allah saya ingin sekali melihat Valdo meneruskan mimpi ayahnya yang sempat putus. Tapi saya tidak mau menekan dirinya terlalu jauh, terpenting sekarang dia bisa nyaman dan senang bermain sepak bola. Tugas orangtua hanya beri dukungan penuh tanpa henti," tegas juru taktik Pelita Jaya SS U-11 itu.
Firman memang menyadari, jalan teramat panjang harus dilalui Valdo. Sedikit membuka rahasia, rasa trauma masih sedikit membayanginya pula.
"Cedera lutut yang pernah saya alami masih membekas, ada rasa trauma. Saya suka takut sendiri kalau lihat Valdo sedang bermain," tutup pelatih yang mengidolakan arsitek Timnas Jerman, Joachim Loew tersebut.
Valdo sendiri tercatat sebagai salah satu pemain yang penampilannya paling gemilang di Pelita Jaya SS U-9 bersama Rizki Eka Saputra selama kompetisi IJL Mayapada 2018 berlangsung. Mimpinya mungkin masih teramat jauh, namun doa tulus Firman dan istrinya yakni Sintia Ulfa pastinya senantiasa mengiringi langkah gelandang bernomor punggung tujuh itu. Satu yang pasti, Valdo jelas ingin coba mengikis mimpi buruk sang ayah.