Gisti Gustiar Ingin Terus Dengarkan Suara Hati




IJL.Com- Disela-sela kesibukannya membesut Hizbul Wathan Soccer Club (HWSC), Gisti Gustiar tidak pernah melupakan mimpi menjadi seorang pesepak bola profesional. Banyak "dimentahkan" saat ajang seleksi pemain tidak membuat suara hatinya hilang.

Empat tahun sudah lamanya Gisti bergelut di kancah pembinaan sepak bola usia dini Indonesia. Ia mengakui sudah sejak kecil dirinya tidak bisa lepas dari si kulit bundar. Football is my everything sebutnya.

"Kurang lebih sudah empat tahun saya terjun di level grassroot. Sejak kecil memang sudah jatuh cinta dengan sepak bola, tidak bisa jauh dari yang namanya bola," terang Gisti.



"Bisa dibilang hal itu juga yang membuat saya mau melatih anak-anak. Saya senang bisa mengembangkan keahlian yang dipunya sebagai seorang pelatih meski masih harus banyak belajar," tambahnya.



Di HWSC, proses belajar itu tengah dijalani Gisti. Pahit manis kini pun ia rasakan bersama anak-anak didiknya.

"Saya melatih di HWSC sudah tiga tahun, sebelumnya hanya melatih di sekolah dan level kampung. Sepanjang perjalanan itu pasti ada banyak rasa yang saya nikmati. Mungkin yang paling pahit saya belum bisa memberikan gelar. Itu kepahitan versi saya sendiri ya," ucap Gisti sambil tersenyum.



Namun, Gisti tetap meyakini kalau sepak bola adalah segalanya. Disamping membesut HWSC, pria berusia 25 tahun itu mengaku juga masih punya mimpi jadi aktor rumput hijau yang profesional.

Mimpi itu memang terus dijaga oleh Gisti. Sejak usia 20 tahun, ia sudah wara-wiri melakukan seleksi pemain.

"Dari kecil sampai sekarang bahkan detik ini saya masih punya cita-cita menjadi seorang pesepak bola profesional ya mungkin kesempatannya belum ada. Disamping melatih HWSC, saya juga sesekali ikut turnamen tarkam juga Liga Asing " terang pria asli Ciputat, Tangerang Selatan itu.




"Semenjak usia 20 tahun saya sudah sering ikut seleksi. Pernah lolos di Persija U-21 jaman LPI. Kemudian Persija Muda Nusantara di Liga 3. Kalau untuk sekarang jarang ikut seleksi lagi, maunya nunggu ajakan langsung dari pelatih saja lah," kenang Gisti seraya tertawa.





Alih-alih kapok, Gisti justru mengambil banyak pelajaran berharga dari pengalaman tersebut. Setidaknya ia bisa dapat gambaran sejauh mana perjuangan yang harus ditempuh.

"Untuk seleksi, saya ga pernah kapok. Hanya selalu saja ada pikiran, program tersebut di Indonesia hanya soal prioritas," ujarnya.

"Setiap pelatih pasti punya kerangka tim dan gambaran pemain. Sedangkan seleksi hanya memprioritaskan siapa saja yang lebih dekat dengan pelatih, pasti dia yang lolos. Selebihnya kalau ada "titipan" ya itu hanya pelengkap saja. Begitu sejauh pengalaman selama ini," ujar Gisti.



Ya, Gisti memang masih meyakini mimpinya belum usai. Sepak bola baginya adalah separuh hidupnya saat ini.

"Untuk ukuran pelatih, saya masih muda dan perlu banyak belajar lagi ibaratnya menekuni sedikit demi sedikit, kepikiran juga untuk ambil lisensi kepelatihan. Tapi hati kecil saya mengantakan masih ingin jadi pesepak bola profesional. Saya yakin, selagi ada usaha pasti ada harapan," tandas Gisti.





  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa