Goesty Raka; Bukan Sekadar "Tukang Jagal"




IJL.Com- Bisa menjalani dua peran sekaligus saat timnya tengah dalam kondisi tertekan jadi bukti betapa megahnya kontribusi Goesty Raka Pratama di skuat Indonesia Rising Star (IRS). Si tukang jagal tak sabar bikin geger.

IRS beruntung dibekali lini tengah yang terbilang punya tingkat kolektivitas permainan tinggi sepanjang gelaran IJL U-13 musim 2018/2019. Gaya permainan elegan Fava Sheva disokong nafas kuda Goesty Raka Pratama jadi salah satu contoh paling sahih.

Raka termasuk salah satu pemain serba bisa, sepanjang karirnya di atas rumput hijau ia mengaku hanya belum pernah mencicipi peran sebagai seorang penjaga gawang. Selebihnya, tiap jengkal lapangan pernah habis dibabatnya.

Layaknya "tukang jagal" mungkin itu gambaran peran dan kontribusi Raka. Pemain yang kuat secara fisik, tak kenal kompromi, pantang pulang sebelum padam demi menjaga kedalaman skuat IRS.

Tidak jarang saat timnya tengah dalam keadaan tertekan, Raka hadir memberi nafas buatan untuk rekan-rekan setimnya. Kala jumpa ASIOP pada babak perempatfinal IJL U-13 misalnya, ia begitu tahan banting menyapu serangan tim lawan bak buldoser.

Berperan sebagai penyeimbang tim, Raka begitu spartan berperan sebagai gelandang bertahan. Digeser ke jantung pertahanan pun tidak membuat bocah yang mengidolakan Sergio Ramos itu kikuk, justru karakteristiknya sebagai "tukang jagal" semakin muncul ke permukaan.

"Dia kuat dan tangguh saat duel udara mirip bek Liverpool, Virgil van Dijk," jelas Sulistyo Hartono, pelatih IRS.



"Cara Raka mengubah situasi khususnya dalam duel bola-bola udara jelas adalah sebuah keunggulan tersendiri. Anak ini memiliki tenaga yang cukup prima. Sebagai seorang bek, keputusannya melepaskan tackle juga sangat baik," tambahnya lagi.



Panggilan untuk memperkuat IJL Elite akhirnya sampai di telinga Raka. Menyusul dua kompatriotnya Fava Sheva dan Alief Apikri, Raka ingin membuktikan kalau dia bukan pemain salah pilih.

"Pertama kali tahu dapat kabar pemanggilan IJL Elite itu justru dari Instagram IJL, lagi jam istirahat di sekolah kebetulan ada kesempatan untuk  buka handphone. Gimana ya rasanya? Sulit diungkapkan dengan kata-kata," ujar Raka seraya tersenyum.



"Tentunya ini sebuah kebanggaan, tapi saya juga ingin kasih pembuktian kalau memang pantas ada di IJL Elite. Paling penting jangan cepat puas dan harus mau banyak belajar," tambah Raka.



Raka juga tak mau ambil pusing soal predikat "tukang jagal" yang melekat untuk dirinya. Menurut Raka itu adalah bukti totalitasnya demi membayar kepercayaan pelatih dan tentunya juga tak lepas demi kebutuhan tim di atas lapangan.

Predikat "tukang jagal" yang selalu identik dengan bunyi peluit wasit pun ingin ditepis jauh-jauh oleh Raka. Keras bukan berarti harus kasar, total bukannya barbar.

Raka juga menyebut bergabung ke skuat IJL Elite jadi cara dirinya "mencuri" ilmu. Tanpa ragu, ia pun mengaku langsung jatuh hati pada pandangan pertama dengan sang kolega, Dzaky Muhammad Fawwaz.

"Peran saya memang harus lebih banyak beradu fisik, tapi tentunya tidak boleh lupa harus tetap bermain dengan kepala dingin, tenang agar tidak merugikan tim," ujar Raka.


"Saya kagum dengan Dzaky, selain kuat caranya bermain juga tenang, pandai atur emosi dan fisik memang sangat penting. Saya mau curi ilmunya," tandas Raka seraya tersenyum lebar.



  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa