Jangan Ragu Belajar dari Samir Affan Wiguna, Pemain ke-10 Garuda Muda Soccer Academy




IJL.Com- Perannya ibarat pemain ke-10 di skuat Garuda Muda Soccer Academy (GMSA) U-11 yang sedang berlaga di kompetisi IJL Mayapada 2018. Tidak terlalu banyak mengeluarkan keringat dibanding teman-temannya, namun ia dipastikan jadi orang paling sibuk sepanjang 2x15 menit laga berjalan.

Seorang anak kecil tanpa atribut jersey lengkap dengan pedenya duduk di bench pemain GMSA, sesekali dirinya nampak tak ragu melempar senyuman. Namanya tidak ada di daftar susunan pemain, namun tanpa disangka ia memang sudah mendapat kepercayaan lebih dari tim pelatih dan manajemen mengawal skuat tim yang bermarkas di Stadion Parigi itu.

Samir Affan Wiguna. Ya itulah nama bocah kecil itu. Di GMSA U-11 perannya memang bukan sebagai pemain tapi lebih pada official team dalam hal ini bisa saja disebut sebagai "kit man" atau bahkan "asisten pelatih".

"Baru kali ini selama tiga musim di kompetisi Indonesia Junior League saya melihat ada momen sangat spesial seperti ini. Samir seharusnya bisa jadi contoh bagaimana kita memandang arti pembinaan dalam sepak bola usia dini," tutur Bung Ocha, komentator IJL Mayapada 2018

Setiap ada pemain GMSA yang cedera dan sampai menepi ke pinggir lapangan, maka Samir adalah orang pertama yang bergerak untuk segera melapor ke tim medis IJL Mayapada 2018. Saat jeda istirahat pertandingan, ia pula yang rajin membagikan botol minuman ke Zahran dan kawan-kawan. Tak ketinggalan ia juga rela mengikat tali sepatu teman-temannya yang tak sengaja terlepas.

"Samir ini sebenarnya angkatan 2008 dan harusnya ikut didaftarkan di skuat GMSA U-11 ini. Tapi hanya kakaknya (Sakhi Savero Wiguna) yang ikut bermain, mungkin ada beberapa pertimbangan orangtuanya," jelas Manggala Caslim, perwakilan manajemen GMSA.




"Awalnya memang Samir ingin ikut mendampingi kakaknya saja, tapi dipengaruhi jiwa sosial yang tinggi ya skuat GMSA yang lain juga ikut merasakan bantuannya," tambah Caslim.


Jiwa sosial dari Samir itu pula memang yang membuat manajemen GMSA mengizinkan Samir untuk ada di bench pemain. Jelas ada kebanggaan yang dirasakan saat melihat "sepak terjang" bocah yang identik dengan peci warna putih tersebut.

"Tak ada suruhan atau perintah dari pelatih atau manajemen untuk Samir. Anak ini bergerak dengan sendirinya, ia sangat peduli dengan teman-temannya yang sedang berjuang di atas lapangan," ujar Caslim.


"Jujur, saya mewakili tim pelatih dan manajemen GMSA sangat bangga sekali dengan Samir. Ini bukti anak-anak punya chemistry kuat tidak hanya di dalam tetapi juga di luar lapangan," tambahnya.




Memang di level sepak bola usia dini, kemenangan bukanlah sebuah harga mati. Ada yang lebih penting daripada itu yakni soal sikap respect dalam menghormati sebuah pertandingan. Jadi, sudah sepatutnya GMSA memang bangga punya pemain ke-10 dalam diri Samir. Suporter sejati yang harus buat kita angkat topi.

"Ada sebutan untuk anak-anak GMSA untuk Samir, ada yang memanggil dirinya asisten pelatih atau bahkan pak ustadz. Ya selama efeknya positif untuk perkembangannya di level sepak bola usia dini, kami memang beri kebebasan untuk Samir," tandas Caslim.




  • Tags

Top Categories

Popular News

Pembagian Hadiah & Closing Indonesia Junior Angkasa